POLA ASUH dan POLA DIDIK ANAK

POLA ASUH dan POLA DIDIK ANAK

Sahabat, saya dan istri sejak di awal pernikahan sudah punya komitmen, mengingat segala keterbatasan yang kami miliki, kami minta kepada Tuhan agar dititipi  2 orang anak saja. Tuhan mengabulkan permohonan kami, dua orang anak dititipkan kepada kami, perempuan dan laki-laki.

Kami minta hikmat kepada Tuhan agar kami dapat mengembangkan pola asuh dan pola didik anak dengan benar. Oleh anugerah Tuhan, anak kami yang pertama dapat melanjutkan studi di Amerika sejak dia duduk di kelas 2 SMA. Sedangkan anak kami yang kedua menyelesaikan SMA nya di Semarang.

Tuhan memakai seorang teman sepelayanan untuk mengingatkan kami agar kami juga dapat memberi kesempatan kepada anak kami yang kedua untuk melanjutkan studi di Amerika. Oleh berkat dan pertolongan Tuhan, kerinduan kami dapat mewujud. Orangtua perlu menjaga agar dapat memberikan perhatian dan kesempatan yang sama kepada  anak-anak mereka.

Untuk lebih memahami topik tentang: “POLA ASUH dan POLA DIDIK ANAK”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 37:1-11 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, Yusuf merupakan anak  Israel yang kesebelas. Artinya, dia mempunyai banyak saudara. Ia masih muda. Dia biasa menggembalakan kambing dan domba bersama saudara-saudaranya (ayat 2).

Ada julukan yang melekat dalam diri  Yusuf yaitu “Anak Emas Israel”.  Ayat ke-3 bagian awal mencatatat: “Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain.” Salah satu buktinya adalah ketika Israel membuatkan jubah yang amat sangat indah hanya bagi Yusuf seorang (ayat 3-b).

Sahabat, Yusuf punya satu tabiat yang tidak disukai saudara-saudaranya. Dia suka mengadu kepada ayahnya perihal kejahatan mereka (ayat 2). Hal-hal itulah yang memicu saudara-saudaranya membenci Yusuf.

Kebencian saudara-saudara Yusuf makin menjadi-jadi ketika Yusuf menceritakan mimpinya. Pada saat itu
Yusuf sudah berusia 17 tahun (ayat 2). Seharusnya, ia mampu menimbang sikap dan memilih yang baik. Tetapi, coba perhatikan:  Yusuf suka mencari-cari dan melaporkan kesalahan saudaranya. Dia suka diistimewakan, dan menikmati jubah mahaindah khusus untuknya. Dia mungkin tahu, mimpinya akan memantik kegusaran segenap keluarganya. Namun, dia menceritakan mimpinya, dan menceritakan lagi.

Sahabat, karakter Yusuf muda sungguh buruk: Kurang peka, suka diistimewakan, tidak punya rasa keadilan, tidak mau menimbang lebih dalam maupun bertenggang rasa, tak peduli respons orang lain terhadap kata dan perilakunya. Akibatnya di keluarga Yakub terjadi perang dingin. Rasa iri dan benci tumbuh semakin subur. Semua itu bermula dari pola asuh dan pola didik yang dikembangkan oleh Israel (ayat 3a).

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
  2. Apa peranan seorang ayah dalam pembentukan karakter anak-anaknya? (Efesus 6:4)

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jika saling membenci, apakah kasih masih tinggal di dalam hati kita? (pg).

Renungan Lainnya