Saudaraku, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan tentang pokok anggur yang benar di Injil Yohanes 15. Terus terang, aku ingin tahu sekali tentang tanaman anggur, dan Tuhan memberikan kesempatan kepadaku untuk dapat berkunjung ke Swiss bagian Timur, satu wilayah kebun anggur saat winter (musim dingin), spring (musim semi) summer (musim panas), dan autumn (musim gugur) yang menjadi musim panen.
Saat panen pada bulan Oktober-November pekerja memetik Anggur Merah (Red Wine) maupun Anggur Hijau (White Wine), dan meletakkan dalam ember-ember besar. Siap untuk dikilang, dihancurkan dan diproses fermentasi dalam tong sekitar 6-30 bulan. Proses fermentasi White Wine lebih singkat dari Red Wine. Dari hasil petikan panen petani dapat memperkirakan kira-kira bagaimana kualitas anggur yang dihasilkan 3 tahun mendatang, tentu akan menentukan harga jualnya.
Sejalan dengan gundulnya pohon anggur dan memasuki musim dingin, seluruh daun dan ranting akan mati. Hanya pokok anggurnya yang tetap hibernasi (keadaan istirahat atau tidur selama musim dingin) di dalam tanah. Saat musim semi, petani akan menyiangi kebun anggur, menggunting ranting-ranting mati, merapikan kebun, membuat jaringan kawat untuk perambatan pohon, tapi tidak nampak mereka menuangkan pupuk karena memang kondisi tanahnya tepat.
Pohon anggur berhasil ditanam di negara-negara yang ada di garis lintang Utara 30-50 derajat dan lintang Selatan 30-50 derajat, disebut wine belt, karena tanahnya tidak terlalu kering. Melihat di peta, tanah Israel masuk dalam wine belt ini, sehingga perahan anggur yang memabukkan sudah dikenal sejak zaman Nuh, Musa maupun Raja Salomo.
Jika pokok anggurnya bagus, pada musim semi akan tumbuh tunas-tunas ranting muda, daun dan pada awal musim panas tumbuh bunga dan pentil anggur yang rasanya masih masam dan pahit. Saat musim panas kadang terjadi hail storm atau cuaca mendadak dingin. Ingat di Dieng atau Bromo yang menyebabkan butiran es menutupi tanah.
Di negara maju peringatan hail storm ada di ramalan cuaca, karenanya petani mesti mempersiapkan untuk menghalau hail storm agar butiran es tidak menempel di pohon anggur yang baru tunas dan menyebabkan mati. Caranya, pada malam hari petani menempatkan obor atau api di sela-sela kebun anggur yang per deretnya berjarak sekitar 3 meter. Kadang di beberapa tempat petani memasang high speed kipas angin besar untuk menghalau hail storm.
Kondisi musim panas yang banyak hujan juga kurang menguntungkan karena buah anggur nantinya akan kurang manis. Justru cuaca cerah kering dan sinar matahari yang hangat akan menghasilkan buah yang bagus, tapi bukan seperti El-nino yang menyebabkan kekeringan karena suhu naik dan panas berkepanjangan.
Menjelang akhir musim panas mulailah nampak buah-buah anggur, dan panen dimulai pada bulan Oktober. Ramailah suasana di kebun anggur, tamu boleh memetik langsung buah anggur matang pohon dan mencicipinya. Siklus ini akan berulang selama 20 tahun untuk satu bibit pokok anggur yang baik.
Saudaraku, Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan tentang Pokok Anggur Yang Benar: “ … ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:4-5).
Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus.
Buah selalu memberi manfaat bagi manusia yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri. Panggilan seorang Kristen sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain.
Saudaraku, marilah kita renungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak? Agar bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita. (Surhert).