PERTUNJUKAN PERISTIWA KASIH

PERTUNJUKAN PERISTIWA KASIH

Sahabat, sebelum kita melangkah lebih jauh untuk menjalani hari ini, mari kita coba merenungkan betapa besar kasih Tuhan dalam kehidupan kita!  Detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun kasih Tuhan kepada kita tidak pernah berubah.  Sungguh, kita tak dapat menghitung  betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus  (Efesus 3:18). 

Banyak cerita tentang cinta kasih yang ada di dunia ini, namun kesemuanya itu tidak bisa dibandingkan dengan kasih Tuhan.  Kasih Tuhan itu sangat jauh berbeda dari kasih lain yang ada di dunia ini. Maka tatkala pada hari ini kita memperingati Jumat Agung, sesungguhnya kita sedang memperingati  “Pertunjukan Peristiwa Kasih”.

Untuk lebih memahami topik tentang: “PERTUNJUKAN  PERISTIWA  KASIH”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Injil Lukas 23:44-49. Sahabat, tidak terhitung berapa banyak hinaan, pukulan, dan perlakuan keji yang Yesus terima hingga akhirnya Ia dipaku di atas salib. Itu semua tidak masuk akal. Mengapa Ia mau mengalami itu semua? Mari kita ingat kembali. Ketika hidup di bumi, Yesus pernah menyampaikan kepada para murid-Nya: “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yohanes15:13). Semua penderitaan yang Yesus alami adalah realisasi kasih tersebut.

Peristiwa penyaliban Yesus sesungguhnya menjadi peristiwa kasih yang melahirkan banyak peristiwa dan perubahan ajaib: Langit yang gelap karena mentari tidak bersinar, tabir Bait Suci terbelah dua, kepala pasukan memuliakan Allah, hingga orang banyak yang menyesali apa yang terjadi (ayat 44-48).

Sahabat, orang-orang yang mengenal Yesus dari dekat serta para pengikut-Nya melihat dan menjadi saksi akan peristiwa kasih terbesar sepanjang masa (ayat 49) ketika Yesus menyerahkan nyawa-Nya (ayat 46). Karena kasih-Nya, Yesus telah mati untuk kita (bdk. Yohanes 3:16). Dengan lebih dalam, mari kita lihat dan resapi semua peristiwa itu, dan katakan: “Yesus, terima kasih untuk kasih-Mu”.

Tatanan masyarakat kita sekarang ini sedang kering dengan cinta kasih. Semua orang sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri. Di tengah kehidupan dunia yang dipenuhi oleh nilai-nilai egoisme dan individualisme ini, kita belum bisa memiliki kualitas kasih seperti Yesus.

Sahabat, marilah kita memohon kepada-Nya agar kita bisa mengasihi sama seperti Ia mengasihi dunia dan umat manusia. Dengan demikian, kasih terbesar yang telah Ia lakukan dan tunjukkan tidak hanya terjadi di atas salib 2.000 tahun yang lalu, namun bisa terus tampak nyata sampai akhir zaman melalui diri kita.

Dengan kualitas kasih seperti kasih Yesus, kita bisa mewujudkan habitat hidup yang lebih baik untuk seluruh umat manusia. Dan dengan kasih-Nya pula kita menebarkan kasih Yesus kepada dunia di sekitar kita hingga banyak orang merasakan kasih-Nya dan kemudian menjadi percaya.

Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pemahamanmu tentang karakteristik kasih Tuhan kepada umat-Nya. Selamat sejenak merenung.  Ingatlah, tidak alasan bagi kita untuk meragukan kasih Tuhan dalam hidup kita. (pg).

Renungan Lainnya