Saudaraku, setiap hari kita membaca berita perang di Gaza, bahkan kini merambat di sepanjang Terusan Suez, Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab. Kalau kurang paham lokasinya silakan lihat di Google Maps. Perangnya jauh ada di sana, setidaknya 7-8 jam penerbangan dari Jakarta, tapi dampaknya berakibat buruk ke perekonomian Indonesia.
Indonesia ternyata mengimpor banyak komoditas dan barang dari Eropa dan kapal-kapal kargonya melewati Terusan Suez. Beberapa komoditas impor utama Indonesia sesuai yang ada di website Kemenperin, antara lain: Tepung terigu, kedelai, BBM, garam, jagung, amonia bahan baku pembuatan pupuk, besi dan baja, alumina yakni bahan pembuatan aluminium, tembakau, kendaraan bermotor, juga barang-barang mewah yang kuantitasnya kecil tapi nilainya sangat besar.
Jadi mari sadarlah, jika kita makan roti yang dijual di toko roti sebenarnya gandumnya diimpor dari Ukraina, panci dan wajan penggorengan pakai alumina dari Rusia atau India, juga BBM mobil merupakan barang impor.
Nah, kapal-kapal kargo dari kawasan Eropa Barat ke Asia: Tiongkok, Jepang, Singapura, sebelum perang Gaza bulan Oktober 2023 semuanya lewat Terusan Suez, Laut Merah, Selat Bab al-Mandab lalu ke Indian Ocean, dan tiba di Singapura sekitar 30-35 hari dari pelabuhan Rotterdam.
Masalahnya sekarang ada ancaman dari kelompok di Yaman yang menembakkan torpedo ke kapal-kapal yang lewat di Laut Merah, dan benar-benar ada beberapa kapal kargo yang kena, meski ada patroli dari kapal AL Amerika dan Inggris yang mencoba mengamankan lokasi.
Akibatnya pengiriman kargo utama dunia tidak berani ambil risiko lewat Terusan Suez, namun memilih lewat Tanjung Harapan Afrika Selatan, sesuai rute yang dilewati Marcopolo ke Asia tahun 1295, 730 tahun silam.
Nah jarak navigasi kapal bertambah, dari Shanghai ke Rotterdam nomalnya 33 hari / ±12.500nm (nautical mile) menjadi sedikitnya 45 hari / ±18.500nm karena lewat Afrika Selatan. 1nm = 1,852 km, jadi ada tambahan jarak ±6.000nm atau 11.110 km lebih. Jika kapal kargo besar berlayar dengan kecepatan 24 knot/jam membutuhkan 225 ton bahan bakar per hari. Jadi jika ada tambahan 12-15 hari pelayaran karena lewat Afrika Selatan, pasti BBM-nya akan perlu tambahan ± 3.300 ton, biaya kapal naik.
Dampak ke ekonomi Indonesia akibat impor yang ongkos kapalnya naik, ya kenaikan ini akan dibebankan ke harga jual. Jadi kalau sebelumnya Rp 14.000 bisa beli 2 roti Gambang, maka dengan Rp 14.000 hari ini hanya dapat 1,5 roti, atau tetap 2 roti tapi panjangnya lebih pendek 3 cm. Sementara pendapatan kita tetap bahkan berkurang, tapi harga barang-barang dan makanan naik, jadi konsumsi akan turun. Entah kalau dapat bagian duit korupsi Rp 271 T, ya harga mau naik berapa pun tetap bisa membeli barang-barang mewah.
Saudaraku, pelan-pelan uang kita berkurang terutama sejak makin gencarnya perang di Gaza. Ada cukup banyak hamba Tuhan kalau doa syafaat hanya menyebutkan kiranya Tuhan menolong jemaat yang mengalami pergumulan dampak ekonomi, tapi pergumulan karena apa belum pernah dijelaskan. Mungkin belum pernah kita berdoa supaya perang di Gaza dan Ukraina segera berhenti, ada gencatan senjata, situasi keamanan pulih kembali, rakyat di sana bisa membangun kembali, dan jalur pelayaran perdagangan bisa normal kembali.
Dalam kondisi perang yang paling diuntungkan yakni hanya beberapa perusahaan penghasil senjata yang memasok senjata ke Gaza dan Ukraina, sementara ada ratusan ribu rakyat di lokasi perang sangat menderita, dan lebih jauh lagi jutaan rakyat di dunia, termasuk di Indonesia yang 270 juta jiwa juga kena dampak kenaikan harga.
Saudaraku, coba kita simak kitab Yeremia 29:7: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.”
Bacaan kita di atas mengajak kita melakukan dua hal. Pertama: Usahakanlah kesejahteraan kota. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengusahakan mengandung arti: Mengerjakan sesuatu; mengikhtiarkan (berpikir dalam-dalam untuk mencari solusi); berusaha sekeras-kerasnya dalam melakukan sesuatu dan membuat dan menciptakan sesuatu. Keempat elemen yang tercakup di dalam kata “mengusahakan” menunjukkan bahwa itu bukanlah sebuah hal yang sepele dan ringan. Melainkan penuh tantangan dan perjuangan.
Jika Tuhan meminta kita untuk mengusahakan kesejahteraan kota di mana kita ditempatkan, itu artinya keempat hal di atas haruslah menjadi bagian dari fokus kita dalam bekerja dan berkarya. Bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan hidup kita dan keluarga, tetapi berbuat sesuatu sebagai bagian dari kontribusi dan peran serta kita secara aktif untuk pembangunan kesejahteraan kota di mana kita tinggal.
Kedua: Berdoalah untuk kota itu. Saat ini Tuhan sudah menempatkan kita di negara Indonesia, karena itu kita wajib berdoa untuk kesejahteraan bangsa dan negara Indonesia, dan lebih jauh lagi, kita perlu berdoa untuk perang di Gaza dan Ukraina agar secepatnya berhenti, karena perang berkelanjutan ini menimbulkan dampak ekonomi buruk bagi Indonesia. (Surhert)