Sahabat, habitat pertama bagi manusia adalah taman Eden. Kebun permai ini dilengkapi dengan segala yang manusia perlukan. Kekayaan, kesuburan, dan keindahan alam tersedia. Tetapi mengapa tiba-tiba harus ada larangan: Memakan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat? (Kejadian 2:17).
Rupanya Tuhan hendak menegaskan sebuah ketetapan utama dalam kehidupan: Kepemilikan. Larangan itu berfungsi mengingatkan manusia, mereka bukan pemilik taman. Eden beserta segala isinya itu milik Allah. Manusia hanyalah dia yang diberi kepercayaan untuk mengolah atau membudidayakannya (Kejadian 2:15). Sebuah pelajaran kepemilikan yang sudah setua umur umat manusia, bukan?
Sahabat, sesungguhnya sumber dari segala kerusuhan dan kekacauan hidup memang di sini: Manusia tidak TAHU DIRI. Seharusnya dirinya bukan pemilik. Hanya pengelola.
Untuk lebih memahami topik tentang: “Pentingnya TAHU DIRI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 13:1-18 dengan penekanan pada ayat 10-11. Sahabat, Abram menjadi sangat kaya karena Tuhan memberkatinya (ayat 2). Kekayaannya itu ditandai dengan banyak ternak yang dimilikinya.
Kekayaan kadang menjadi sumber konflik. Hal itu tampak pada percekcokan dan perkelahian para gembala Abram dan Lot (ayat 7). Mereka saling berebut lahan untuk makanan ternak majikannya. Wilayah di mana mereka tinggal menjadi sangat sempit bagi Abram dan Lot. Dalam hal ini, Abram mencoba mengalah dengan mengajak keponakannya untuk berunding mencari solusi. Abram memberikan Lot kesempatan untuk memilih lebih dahulu wilayah manakah yang hendak didiami. Akhirnya Lot memilih daerah Lembah Yordan (ayat 10).
Sahabat, inilah kesalahan Lot yang utama. Dia TIDAK TAHU DIRI. Lot tidak ingat dengan posisinya. Abram itu pamannya. Dia lebih tua. Dia yang mengajak Lot berangkat dari Mesir ke Tanah Negeb. Sesungguhnya Abram-lah yang menjadi sumber kekayaan Lot. Seharusnya Abram yang berhak menentukan masalah pembagian wilayah. Abram lebih berhak sebagai pemilih pertama.
Kesalahan Lot yang kedua, dalam hal memilih wilayah, Lot menjatuhkan pilihan hanya berdasarkan apa yang tampak di mata. Lot yang melihat betapa suburnya rumput yang berada di wilayah Lembah Yordan. Jika dilihat dari sisi ekonomi, wilayah Yordan sangat menarik hati siapa pun jua. Karena daerah tersebut bukan hanya terkenal sangat subur dan banyak airnya, tetapi juga sangat indah seperti taman surgawi (ayat 10).
Sahabat, sedang Abram lebih mementingkan menjaga kekerabatan daripada berebut wilayah yang subur, yang menjanjikan (ayat 8). Abram orang yang rendah hati dan suka mengalah. Baginya, tidak menjadi soal apakah tempat yang akan didiaminya itu subur atau tidak. Sebab ia memegang janji Allah.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang menjadi penyebab kegagalan pemilihan Lot? (Ayat 10)
- Berkat apa yang Abram terima ketika dia mengedepankan kekerabatan dan mengalah? (Ayat 8, 14-15).
Selamat sejenak merenung. Ingatlah: “Berkat TUHANlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Amsal 10:22). (pg)