PELIPUR LARA

PELIPUR LARA

Sahabat, seringkali ketika sedang dalam masalah dan kesesakan, mungkin cukup banyak diantara kita yang mudah tersulut emosinya, kecewa dan bersungut-sungut;  apalagi jika doa kita belum dikabulkan Tuhan.

Sesungguhnya keluh kesah itu hal yang manusiawi, tapi kalau hal tersebut kita lakukan terus-menerus setiap kali menghadapi masalah, hal itu akan menjadi penghambat iman kita dan menjadi penghalang bagi kita untuk mengalami mukjizat dari Tuhan.  Justru saat dalam masalah itulah kesempatan bagi kita untuk mengaplikasikan iman kita sehingga iman kita benar-benar hidup.  Karena itu kita harus terus belajar supaya terampil menguasai diri, jangan sampai kita dikalahkan oleh situasi yang ada,   “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”  (Amsal 16:32).  Penguasaan diri dan ketenangan merupakan kunci menghadapi masalah.

Untuk lebih memahami topik tentang: “PELIPUR LARA”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 70:1-6. Sahabat, Raja Daud menulis sebuah mazmur pujian pada waktu mempersembahkan kurban peringatan (ayat 2). Mazmur ini merupakan pengulangan dari lima ayat terakhir dalam Mazmur 40.

Para penafsir Alkitab menjelaskan bahwa mazmur ini dapat disebut sebagai sebuah doa pendek. Doa pendek ini ditulis sebagai sebuah peringatan dan dimaksudkan untuk dinyanyikan berulang-ulang sebagai PELIPUR LARA bagi Daud atau pun bagi umat yang menyanyikannya. Isi doanya ialah supaya Allah berkenan mengirimkan pertolongan.

Sahabat, kemiskinan dan kebutuhan adalah alasan Daud berseru kepada Allah (ayat 2 dan 6). Ia berdoa agar Allah memenuhi wajah musuh-musuhnya dengan aib, malu, dan noda (ayat 3-4). Daud juga berdoa agar Allah berkenan melimpahkan hati orang yang memuji Allah dengan sukacita.

Mazmur 70 bisa menjadi contoh “senjata” dalam mengatasi kepedihan hidup ketika menghadapi musuh yang memandang rendah dan terus-menerus ingin menjatuhkan kita. Kata “senjata” di sini jangan dipahami sebagai pistol atau pedang, melainkan doa yang dinaikkan berulang-ulang untuk mengingatkan kita agar senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.

Sahabat, lagi pula, orang-orang yang menimbulkan kepedihan di hati kita akan menerima balasannya. Bukan berarti kita boleh berdoa dengan penuh kebencian, sebaliknya sebagaimana yang diajarkan Yesus, kita harus mampu mengasihi dan mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Pembalasan adalah bagian Allah. Bagian kita adalah berdoa dengan kasih dan mengampuni.

Daud sadar bahwa orang-orang yang berharap dan memuji-Nya akan mendapat kebaikan. Karena itu kita juga dapat memohon kepada  Allah agar pertolongan-Nya  turun kepada kita.

Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah hal-hal apa yang menjadi pelipur lara ketika engkau sedang menghadapi masalah yang berat dan menyesakkan. Mari kita berdoa: “Bapa, ingatkan kami untuk terus berharap kepada-Mu tanpa henti dan tidak kenal menyerah.” (pg) 

Renungan Lainnya