Obedience due to Words of God

Obedience due to Words of God

KETAATAN. Apakah ketaatan itu sulit? Ketaatan itu sesungguhnya sederhana, tidak rumit seperti yang dibayangkan. Secara prinsip, ketaatan kepada Tuhan berarti kita melakukan hal yang Tuhan katakan, tidak lebih dan tidak kurang. Namun, mengapa kita sulit melakukannya? Sebenarnya, kesulitan terbesar untuk bersikap taat bukan disebabkan perintah Tuhan itu rumit, melainkan keinginan manusialah yang mempersulit perintah tersebut. Keinginan dalam hati manusia sering kali mengalahkan keinginan untuk menaati Tuhan.

Sahabat, mengamati perilaku manusia yang cenderung sukar dalam menaati peraturan, saya semakin menyadari bahwa taat adalah karakter yang perlu ditumbuhkan lewat pembelajaran seiring berjalannya waktu. Tanpa adanya pembiasaan, yang berawal dari kesediaan untuk taat, niscaya akan sukar untuk menjadikan ketaatan sebagai gaya hidup, baik dalam hal menaati peraturan yang dibuat oleh manusia maupun menaati firman Tuhan.

Sebenarnya prinsip ketaatan itu sederhana: Jadikanlah kebiasaan sampai kita merasa tidak damai sejahtera ketika hendak melanggar aturan yang seharusnya kita taati. Pengalaman hidup kita bercerita bahwa hal tersebut bukanlah perkara mudah karena selalu ada tantangan dan ujian atas ketaatan kita. Namun, sambil menatap dampak positifnya ketika ketaatan itu sudah mendarah daging dalam diri kita, niscaya kita akan lebih termotivasi untuk menjadikan ketaatan sebagai bagian hidup yang tak terpisahkan.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yosua dengan topik: “Obedience due to Words of God (Ketaatan karena Firman Tuhan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yosua 8:1-29. Sahabat, bangsa Israel baru saja mengalami kekalahan saat menyerang kota Ai. Seketika, keberanian mereka menciut. Padahal secara jumlah, penduduk Israel jauh lebih banyak dibandingkan penduduk kota Ai. Mereka seolah kehilangan kepercayaan bahwa Tuhan menyertai.

Setelah dosa Akhan terselesaikan, Tuhan pun berniat memulihkan bangsa Israel. Tuhan menyatakan niat kepada Yosua bahwa Dia akan memberikan kota Ai kepada Israel (Ayat 1-2).

Sahabat, janji tersebut membuat Yosua kembali bersemangat. Dia mengerahkan tiga puluh ribu pahlawan-pahlawannya (Ayat 3). Dibanding serangan pertama, jumlah ini sepuluh kali lipatnya. Israel sepertinya ingin mengerahkan semua kemampuan terbaiknya. Itu menunjukkan bahwa keyakinan mereka sudah mulai pulih. Firman Tuhan menyegarkan kembali semangat yang mulai kendur.

Kali ini, bangsa Israel menjaga kekudusan dan taat kepada perintah Tuhan (Ayat 8). Setelah melalui pertempuran dengan strategi jitu (Ayat 10-22), kota Ai pun berhasil direbut. Semua perintah Tuhan pun mereka lakukan dengan sempurna (Ayat 24-29).

Sahabat, bangsa Israel tampaknya belajar dari kegagalan mereka. Mereka disadarkan bahwa raihan kemenangan bukan karena kuat dan gagah, melainkan Tuhanlah yang berperan sebagai faktor penentu. Tuhan yang berperang untuk umat-Nya, bukan sebaliknya.

Melalui kisah ini, ada dua hal yang bisa menjadi perenungan kita. Pertama, ketika Yosua tawar hati, firman Tuhan menyemangatinya kembali. Dia bangkit dari keterpurukannya. Jadi, kepercayaan dirinya dibangun di atas firman Tuhan. Kedua, firman itulah yang menjadi pendorong ketaatan bangsa Israel. Artinya, sumber ketaatan adalah firman Tuhan, bukan dari yang lain.

Sahabat,  sebagai komunitas orang percaya menyadari bahwa keinginan-keinginan dalam diri kita itulah yang membuat ketaatan itu menjadi rumit dan sulit. Itu adalah penghalang terbesar dalam hidup kita untuk menaati Tuhan. Mantapkan tekad kita untuk menaati semua perintah Tuhan dalam hidup kita. Pengamsal mengatakan, “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan.” (Amsal 13:13). Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari Amsal 13:13?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Hidup menaati Tuhan karena pemahaman akan kebenaran, akan memudahkan kita dalam menaati peraturan dalam hidup keseharian. (pg).

Renungan Lainnya