SELARAS. Sahabat, kita sering mendengar atau membaca ungkapan: “Anda harus selaras dengan lingkunganmu untuk bisa menikmati kebahagiaan”. Lalu apa sebenarnya yang dimaksud dengan selaras?
Salah satu definisi selaras yang saya temukan adalah “berada dalam garis lurus”. Definisi tersebut bagi saya kurang memiliki kedalaman yang saya tafsirkan. Definisi lain menambahkan lebih banyak substansi pada kata tersebut seperti “memberi dukungan kepada (orang, organisasi, atau tujuan).”
Mungkin bagi banyak orang, selaras adalah kata yang sederhana, artinya tidak lebih dari garis lurus. Bagi saya keselarasan adalah tempat dalam hidup saya yang saya cari, itu adalah emosi dan keadaan pikiran.
Sahabat, ada cukup banyak orang yang menginginkan keselarasan, namun keinginan tinggal keinginan. Mengapa? Karena apa yang ditafsirkan kebanyakan orang sebagai keselarasan adalah momen di mana kita bekerja pada bidang yang kita impikan, memiliki kebebasan finansial, dan melakukan hal-hal yang kita sukai. Kebanyakan dari kita mengasosiasikan kata tersebut dengan keinginan materialistis. Bagi sebagian orang berusaha menjadi orang yang memiliki segalanya, mobil, tas mewah, dan rumah impian. Bagi banyak orang, hal tersebut sedang diselaraskan!
Mari kita saling mengingatkan apa sebenarnya arti selaras. Sebagian dari antara kita diberitahu bahwa hidup adalah garis lurus. Kita diberitahu bahwa kita semua dilahirkan dengan bakat yang sangat jelas, sehingga kita harus berlatih hari demi hari sampai kita menjadi seorang ahli.
Kita semua harus memahami bahwa menjadi selaras adalah bagian dari menjadi. Tidak ada yang namanya garis lurus, luangkan waktu untuk memahami masa lalu kita untuk menaklukkan masa kini!
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “Obedience and Alignment to His Word (Ketaatan dan Keselarasan Hidup kepada Firman-Nya)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 6:1-38 dengan penekanan pada ayat 12. Sahabat, bacaan kita pada hari ini menjelaskan dengan begitu terperinci rancang bangun Bait Allah yang harus dibangun oleh Raja Salomo. Setiap ruang dalam bangunan pun dijelaskan dengan begitu rinci ukuran-ukurannya. Bahkan, waktu untuk memulai pembangunan dan kapan berakhirnya pun sudah ditetapkan oleh Tuhan yakni tujuh tahun.
Sahabat, yang sangat menarik adalah pembangunan Bait Allah itu dilakukan tanpa terdengar suara palu atau kapak beradu karena para tukang yang membangunnya tidak menggunakan peralatan dari besi (Ayat 7). Semua harus dikerjakan tepat seperti yang dikehendaki Tuhan.
Namun dalam setiap rancangan yang telah ditetapkan Tuhan untuk pembangunan Bait Allah itu, Tuhan memberikan pesan khusus kepada Salomo. “Jika engkau hidup menurut segala ketetapan-Ku dan melakukan segala peraturan- Ku dan tetap mengikuti segala perintah-Ku dan tidak menyimpang dari padanya, maka Aku akan menepati janji-Ku kepadamu yang telah Kufirmankan kepada Daud…” (Ayat 12). Dalam setiap pekerjaan yang Salomo lakukan, Tuhan mengingatkannya untuk hidup selaras dengan firman-Nya.
Sahabat, melibatkan Tuhan dalam setiap rancangan kita seyogianya disertai dengan sebuah komitmen untuk hidup menyelaraskan diri dengan firman-Nya. Apakah kita melakukan panggilan hidup kita dalam pekerjaan dan pelayanan didasari hati yang mengasihi Tuhan? Ketaatan dan keselarasan hidup kita kepada firman-Nya kiranya menjadi hal yang utama dalam hidup kita sehingga kasih itulah yang mendorong kita bekerja dengan sukacita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 12-13?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tanpa komitmen untuk mengasihi Tuhan, apa pun yang kita lakukan akan menjadi hal yang sia-sia. (pg).