Saudaraku, tidak dapat dipungkiri, manusia cenderung akan bersukacita ketika mendapatkan hal-hal yang menyenangkan secara daging. Siapa yang tidak senang ketika kita memiliki keluarga yang harmonis, pekerjaan yang bagus, pelayanan yang menjadi berkat? Saya yakin semua orang pasti akan mensyukuri ketika hal-hal itu terjadi di dalam hidupnya.
Tetapi pertanyaannya, bagaimana jika hal yang kita dapatkan justru sebaliknya? Akankah kita tetap dapat bersukacita?
Lukas 1:46-56 berisi tentang nyanyian pujian dari seorang perempuan yang bernama Maria. Dia diceritakan sebagai seorang perempuan yang belum bersuami tetapi hamil. Hal ini bukan perkara yang mudah diterima oleh Maria maupun masyarakat sekitar (sekali pun dalam sudut pandang Allah, Maria sedang mengandung Sang Juruselamat). Karena bagaimanapun, hamil di luar nikah adalah suatu kekejian dan aib bagi seorang perempuan.
Tidak mudah untuk menjadi Maria pada saat itu, seandainya kita yang diperhadapkan pada hal itu, akankan kita dapat tetap bersukacita atau justru hal ini dianggap sebagai musibah?
Di kisah lain, diceritakan bahwa sanak saudaranya yang bernama Elisabet juga mengandung. Kisah Maria dan Elisabeth sangat berbanding terbalik. Wajar jika Elisabeth bersukacita karena kehamilannya, karena bertahun-tahun Elisabeth menantikan seorang anak tetapi Tuhan tidak kunjung memberi. Di usianya yang semakin senja, justru Tuhan memberikan mukjizat bagi Elisabeth untuk memiliki keturunan.
Tetapi bagaimana dengan Maria? Tidak ada hujan maupun angin, dikabarkan hamil sebelum menikah?
Dari kisah Maria, Kita dapat melihat contoh nyata seseorang yang sangat mengasihi Tuhan. Bukan hanya dalam keadaan tertentu Maria memuji Tuhan, tetapi Maria mau memuji Tuhan di dalam semua keadaan yang terjadi dalam hidupnya, karena : “Maria menyadari, kasih dan penyertaan Tuhan juga tidak hanya hadir di masa atau musim tertentu saja (kasih dan penyertaan Tuhan selalu ada di segala musim hidupnya).
Saudaraku, pujian dalam Lukas 1:46-56 ini lahir “bukan pada saat Maria mendapatkan sesuatu yang menyenangkan secara daging.” Atau pujian ini lahir “ditengah-tengah pergumulan Maria.” Bukan tentang itu semua, pujian ini lahir sebagai wujud cinta kasih Maria atas kasih dan penyertaan Tuhan di segala musim kehidupannya.
Refleksi :
Bagaimana dengan hidup kita? Akankah kita dapat bersukacita dan memuji Tuhan hanya dalam keadaan tertentu? Atau justru sebaliknya? Sekalipun hari-hari ini kita mungkin sedang diperhadapkan pada pergumulan atau tantangan kehidupan, tetapi kita tetap dapat bersukacita dan memuji Tuhan.
Orang dunia hanya dapat bersukacita ketika mendapatkan hal-hal yang menyenangkan secara daging, Bagi orang percaya hanya satu alasan kita dapat bersukacita, yaitu KARENA TUHAN (sekalipun selama hidup tidak banyak hal yang kita dapatkan).
Pesan:
Bagi Bapak, Ibu, kakak, adik, dan anak-anak yang ingin belajar musik dan vokal, silakan bergabung dengan Sekolah Musik Christopherus. Hubungi HP.: 081292081227. (Inthan).