AIR SUSU DIBALAS DENGAN AIR TUBA. Sahabat, sejak SD saya senang dengan mata pelajaran bahasa Indonesia, apalagi kalau membahas peribahasa. Judul renungan saya hari ini senada dengan arti peribahasa kuno: Air susu dibalas dengan air tuba. Peribahasa tersebut sudah sangat familier di masyarakat kita. Peribahasa tersebut sering dipakai dalam percakapan sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Peribahasa adalah bagian dari sastra rakyat yang dimiliki setiap daerah. Bentuknya berupa kalimat ringkas berisi nasihat atau sindiran yang diungkapkan menggunakan kiasan.
Salah satu peribahasa yang sering dipakai dalam obrolan adalah air susu dibalas dengan air tuba. Peribahasa tersebut biasanya digunakan untuk menyindir seseorang yang tidak tahu diri. Makna air susu dibalas dengan air tuba adalah kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.
Sahabat, Tuba adalah jenis pohon yang akarnya mengeluarkan getah beracun. Getah tersebut kerap dipakai untuk menangkap ikan. Ada pun susu adalah minuman yang menyehatkan dan tinggi nutrisinya. Kata tuba dan susu digunakan sebagai kiasan untuk membandingkan dua hal yang sangat kontras, dalam konteks peribahasa tersebut adalah kejahatan dan kebaikan.
Makna dari peribahasa tersebut menggambarkan orang yang tidak baik budinya. Orang yang tidak tahu berterima kasih. Biasanya perilaku tersebut hanya dilakukan oleh orang jahat dan penuh rasa dengki, sebab, membalas kebaikan orang dengan kejahatan adalah tindakan yang tidak baik dalam norma sosial.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Samuel dengan topik: “Never Bite the Hands that Feed You! (Jangan Pernah Menggigit Tangan yang Memberi Makan Anda!)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Samuel 14:1-33. Sahabat, perbuatan baik seseorang dibalas dengan perbuatan jahat, itulah tindakan Absalom yang memerintahkan anak buahnya untuk membakar ladang Yoab (Ayat 30). Kalau Absalom mau melihat segala sesuatu dengan hati yang bening, lebih cermat dan memperhatikan semua yang dilakukan Yoab baginya, bisa jadi dia mengurungkan niatnya.
Dalam bacaan kita pada hari ini, kita bisa melihat bagaimana Yoab berupaya memberikan yang terbaik bagi raja. Ia tahu Raja Daud sangat merindukan Absalom (Ayat 1), tetapi dia malu mengakuinya. Ia juga merasa tak enak meminta Yoab untuk memanggil anaknya pulang. Di sinilah kelebihan Yoab. Ia tahu apa yang diinginkan Daud. Kebahagiaan Daud merupakan hal terpenting bagi dia.
Sahabat, dengan sengaja Yoab mengutus seorang perempuan bijaksana dari Tekoa untuk berpura-pura berkabung di hadapan raja dan mengutarakan persoalannya. Perempuan itu yang mendorong Daud mengambil keputusan untuk memanggil Absalom pulang dari pembuangan. Namun, Daud tidak memperkenankan Absalom menghadap dia (Ayat 21-23). Di sini Yoab adalah perancang kepulangan Absalom dari pembuangan. Memang Yoab sendiri tak berani melanggar perintah Daud, sehingga Yoab menolak permintaan Absalom untuk bertemu dengan ayahnya.
Sayangnya, Absalom tidak mengingat dan memperhitungkan kebaikan Yoab. Yang dia tahu, keinginannya tidak terpenuhi. Ia juga marah kepada Yoab yang tidak mau bertemu dengannya, meski sudah tiga kali dipanggil. Absalom agaknya lupa bahwa dia memang anak raja. Akan tetapi, anak raja tetaplah anak raja, dan belum menjadi raja. Yoab mestinya memang hanya tunduk kepada raja.
Sahabat, sayangnya itu tidak dilakukan Absalom. Demi mencapai tujuannya, dia merasa boleh berbuat apa saja. Ia rela menyakiti orang yang telah membantunya pulang ke Israel. Dari kisah relasi Yoab dengan Absalom, kita bisa bejalajar Absalom memang bukan tipe pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik tak pernah dengan sengaja menyakiti orang lain, apalagi menyakiti orang yang telah berbuat baik baginya. Orang yang baik tidak pernah menggigit tangan orang yang memberi makan kepadanya. Semoga kita ingat membalas budi orang yang pernah menolong kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21-22?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Memang relasi tidak selalu berjalan mulus, karena itu rekonsiliasi bisa menjadi jalan keluar bagi pemulihan sebuah relasi. (pg).