My God, My Defender

My God, My Defender

MENGIDENTIFIKASIKAN DIRI. Kata mengindentisikasikan berasal dari kata dasar indentifikasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI): Kata indentifikasi berarti: 1. Tanda kenal diri; bukti diri; 2. Penentu atau penetapan identitas seseorang, benda, dsb; 3. Proses psikologi yang terjadi pada diri seseorang karena secara tidak sadar dia membayangkan dirinya seperti orang lain yang dikaguminya, lalu dia meniru tingkah laku orang yang dikaguminya itu.

Sahabat, dalam Perjanjian Lama, Tuhan kita adalah Tuhan yang mengidentifikasikan dirinya dengan umat-Nya.  Bila ada satu bangsa yang menganiaya umat-Nya itu berarti menganiaya Tuhan sendiri. Kalau ada satu bangsa yang merendahkan umat-Nya itu berarti  merendahkan Tuhan sendiri. Maka kalau ada satu bangsa menyerang umat-Nya, itu berarti  menyerang Tuhan sendiri. Tentu Tuhan   tidak akan tinggal diam. Tuhanku, pembelaku. My God, my defender.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “My God, My Defender”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yesaya 63:1-19. Sahabat, murka Tuhan atas Edom merupakan kabar sukacita bagi umat yang tertinggal di Kerajaan Yehuda. Edom adalah kekuatan besar yang tak mungkin dikalahkan oleh Kerajaan Yehuda dengan kekuatan militer mereka yang tersisa pada saat itu. Namun Tuhan akan datang dengan keadilan-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya.

Yesaya menggambarkan Tuhan bertindak sendiri tanpa bantuan seorang manusia pun, tetapi pembalasan-Nya tuntas dan keselamatan yang diberikan-Nya menyeluruh. Siapa yang melawan Dia akan menerima ganjaran, tetapi umat-Nya akan Dia bela (ayat 4).

Ia tidak berdiam diri melihat umat-Nya dianiaya dan mengalami kesusahan. Ia telah menetapkan suatu waktu ketika Ia menuntut balik keadilan dari orang-orang yang telah membuat umat-Nya menderita. Kita tidak tahu kapan waktu itu akan datang, tetapi Tuhan telah menetapkan satu masa dan Ia tidak akan lalai memberi kelegaan bagi umat.

Sahabat, cukup banyak umat Tuhan yang hidup dalam penderitaan dan penganiayaan karena iman mereka. Lalu mengapa Tuhan tidak segera melakukan pembalasan dan melepaskan umat dari kesesakan tersebut? Ingatlah bahwa Tuhan merencanakan segala sesuatu pada waktu yang tepat sesuai kemahatahuan dan kemahakuasaan-Nya. Pada akhirnya, Ia sendiri yang akan bertindak tanpa memerlukan bantuan manusia.

Yesaya 63 merupakan puisi  singkat yang  menyodorkan sebuah metafora dengan penggambaran yang kuat bagi kehidupan kita sebagai orang beriman bahwa dalam segala tekanan hidup yang kita hadapi, yakinlah bahwa selama kita berada di pihak Tuhan, maka Ia akan hadir dengan keadilan dan kuasa-Nya untuk menyelamatkan.

Sahabat, Tuhan yang kudus dan adil tidak membiarkan manusia berdosa lolos dari hukuman, termasuk ketika umat-Nya berdosa. Tuhan dapat memakai orang fasik menjadi alat penghakiman-Nya terhadap umat-Nya. Namun tatkala murka-Nya terhadap umat-Nya telah mereda, Tuhan kembali membela dan memulihkan umat-Nya. Berbahagialah kita yang memiliki Tuhan yang murka-Nya terhadap umat-Nya hanya sesaat, tetapi kasih setia-Nya  untuk selama-lamanya. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil pernunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 8-9?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Teguhlah beriman dan peliharalah hidup kita dalam persekutuan. (pg).

Renungan Lainnya