CUKUP. Sahabat, cukup bukan berbicara soal berapa jumlahnya. Cukup bukan soal kepuasan hati. Cukup juga bukan hanya diucapkan oleh orang yang bisa bersyukur. Lalu apa itu cukup?
Alkisah terdapat seorang petani di sebuah desa. Dia menemukan sebuah mata air ajaib yang bisa mengeluarkan kepingan uang emas dalam jumlah yang tak terbatas. Tentu saja si petani akan menjadi kaya raya karena mata air uang emas itu hanya akan berhenti apabila dia mengucapkan kata cukup.
Uang emas pun mulai berjatuhan tepat di hadapannya. Sang petani segera menampung harta karun tersebut dengan beberapa ember. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana. Uang emas masih terus berkucuran deras. Setelah ember-ember penuh, dia lalu menampung dalam karung-karung, tempayan-tempayan dan lain-lain.
Belum puas dengan uang emas yang sudah memenuhi rumahnya, dia pun mulai menggali lubang besar untuk menimbun emas tersebut. Sementara air uang emas itu terus mengalir. Setelah itu dia menampung kembali uang hingga lubang tersebut penuh. Sayangnya, si petani mati tertimbun uang-uang emasnya karena mata air ajaib itu terus dibiarkan mengalir. Dia mati karena ketamakan dan kerakusannya yang membuatnya lupa mengatakan kata cukup.
Sahabat, barangkali kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia adalah kata CUKUP. Lalu kapan kita bisa berkata cukup? Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. Cukup jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandek dan berpuas diri. Sesungguhnya mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan KERAKUSAN dan KESERAKAHAN membuat kita sulit bahkan tidak bisa berkata CUKUP. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita sendiri hari ini dan di sini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: “More than Enough (Lebih dari Cukup)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 4:42-44 dengan penekanan pada ayat 43. Sahabat, bencana kekeringan melanda seluruh negeri, tak terkecuali Israel. Seseorang dari Baal-Salisa membawa dua puluh roti jelai dan gandum baru kepada Elisa. Tergerak oleh belas kasihan kepada serombongan nabi berjumlah seratus orang yang kelaparan, Nabi Elisa menyuruh pelayannya untuk membagi-bagikannya. Pelayan Elisa ragu dan mempertanyakan hal yang mustahil ini: “Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” (Ayat 43-a). “Tidak mungkin mencukupi!” katanya lebih lanjut.
Perkataan pelayan itu tidak memengaruhi keputusan Nabi Elisa. Elisa tetap konsisten berkata: “Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan, sebab beginilah firman Tuhan: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya” (Ayat 43-b). Sungguh, ketika pelayan Elisa menghidangkan roti itu kepada para nabi itu, mereka semua memakannya, dan benar-benar ada sisanya.
Bukankah dalam kehidupan ini Tuhan pernah membawa diri kita pada situasi yang penuh ketidakmungkinan? Ketika kita melihat diri kita yang demikian kecil, lemah, dan sangat terbatas, acapkali kenyataan itu membuat diri kita hanya melihat ketidakmungkinan saja. Hal itulah yang dipikirkan pelayan Elisa ketika diminta untuk menghidangkan dua puluh roti jelai kepada seratus nabi yang kelaparan itu. Tidak mungkin cukup!
Sahabat, namun ketika ia bersedia berserah dan percaya kepada Tuhan dan firman-Nya, hari itu ia menyaksikan apa yang tidak mungkin itu menjadi mungkin. Apa yang menurutnya tidak cukup, dibuat oleh Tuhan menjadi LEBIH DARI CUKUP. Dalam situasi yang seakan tidak ada lagi jalan, kita hanya perlu keberanian untuk berserah, percaya, dan taat agar kita dapat melihat Tuhan bekerja menyelesaikan semuanya. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang cukup?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tuhan mau memakai kita yang terbatas untuk menyatakan kuasa-Nya yang tak terbatas. (pg).