MENYATU DENGAN HATI BAPA DALAM SYAFAAT : PERANTARA TUNGGAL

MENYATU DENGAN HATI BAPA DALAM SYAFAAT : PERANTARA TUNGGAL

 

John Knox yang hidup di abad 16 adalah pengkhotbah dan tokoh Reformasi dari Skotlandia.  Knox  menempatkan keberanian dan doa sebagai inti pelayanannya. Dalam masa penganiayaan terhadap umat Protestan, Knox membela mereka yang terhina dan terpinggirkan sehingga memimpin pendirian Gereja Presbiterian pada 1559.  Knox meneguhkan iman banyak orang melalui khotbah serta surat yang tersebar luas. Ia tidak hanya berbicara tentang kebenaran, tetapi menegakkan martabat mereka yang lemah, menunjukkan bahwa doa syafaat yang tulus mampu mengubah arah sejarah dan memberi kekuatan pada mereka yang paling rapuh.

1 Timotius 2:5 yang mengatakan,”Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi perantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.”, menekankan bahwa Kristus adalah perantara tunggal antara Allah  dan manusia. Kata “perantara” yang dipakai memiliki arti bukan sekadar penghubung, tetapi menunjuk pada sosok yang menanggung, menegosiasi, dan memediasi dengan kesetiaan penuh. Kristus hadir di tengah jurang dosa dan keterhinaaan manusia, bukan sebagai pihak ketiga yang netral, melainkan yang tinggal dalam relasi dengan manusia dan Allah, menyalurkan kuasa penebusan, penghiburan, dan pembaruan. Kehadiran-Nya meneguhkan mereka yang rapuh, menembus keterasingan, dan menandai doa syafaat sebagai tindakan spiritual yang hidup dan efektif.

John Knox menyalurkan doa bagi yang tertindas, tetapi Kristus merupakan Perantara Tunggal yang sejati; melalui-Nya kita ditantang hadir bagi yang hina, menyatukan hati manusia dengan hati Bapa.  Maka ketika kita berdoa syafaat, sesungguhnya kita menghadirkan Kristus yang mau menanggung dan melakukan mediasi antara mereka yang lemah dengan Bapa yang Maha Kuat.  Kristus inilah yang akan menjadi jalan untuk melepaskan segala kelemahan mereka yang tertindas.  Doa syafaat kita membuka jalan untuk yang terhilang memandang Sang Terang yang bergerak untuk merangkul dan mengangkat mereka.  Tidak heran saat kita mendoakan orang-orang yang belum percaya Kristus, daerah-daerah yang masih intoleran dan menolak kehadiran-Nya, maka selalu saja ad acara Tuhan untuk menyatakan diri kepada mereka.  Maka jangan putus mendoakan mereka yang saat ini masih belum mau membuka diri pada Kristus karena doa syafaat menjadi kunci dari manusia yang membuka hadirat Allah, membawa jiwa berdosa kembali ke hadapan-Nya. (sTy)

Renungan Lainnya