Sahabat, boleh saja kita minta pertolongan atau bantuan dari orang lain, tapi bukan berarti kita boleh mengandalkan manusia atau berharap penuh kepada manusia, sebab bagaimana pun manusia tak lebih dari alat yang dipakai Tuhan. Kadangkala Tuhan memakai seseorang atau menggerakkan hati seseorang untuk menolong, karena itu kita harus tetap belajar menghormati, menghargai dan tidak lupa berterima kasih kepada orang yang telah menolong kita.
Tetapi kita harus memahami benar bahwa pertolongan dan mukjizat bagi kita sesungguhnya bukan datang dari manusia, tapi Tuhan yang bekerja di dalamnya. Mengapa Tuhan memperingatkan kita untuk tidak mengandalkan manusia? Karena kekuatan dan kemampuan manusia sangat terbatas, dan hati manusia cenderung mudah sekali berubah.
Karena itu jangan mengandalkan kuasa, kekuatan, dan hikmat manusia. Berhentilah berharap dan mengandalkan manusia! Karena ketika kita mulai mengandalkan manusia, kita akan sepenuhnya di bawah kendali manusia. Ingat, sumber pertolongan dan sumber keberhasilan kita adalah Tuhan, bukan manusia! Tidak ada pilihan lain selain kita harus hidup mengandalkan Tuhan! Jangan sampai kita menolak air Syiloah, dan memeluk air sungai Efrat.
Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yesaya dengan topik: “Menolak air SYILOAH, dan Memeluk air sungai EFRAT”. Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Yesaya 8:1-10 dengan penekanan pada ayat 6. Sahabat, Ahas, raja Yehuda, merasa sangat takut. Raja Aram dan raja Israel telah bersatu untuk memerangi Yerusalem. Dua kerajaan besar lainnya, Mesir dan Asyur juga menjadi ancaman bagi Yehuda. Saat itulah Nabi Yesaya menyampaikan firman Tuhan kepadanya, agar ia mengandalkan Tuhan. Namun Ahas memilih untuk mengandalkan dirinya sendiri.
Ia mengabaikan firman Tuhan. Ia lebih memilih percaya kepada para berhalanya, bahkan mempersembahkan anaknya sebagai korban dalam api. Ia pun mengikat perjanjian dengan raja Asyur. Ia rela membayar upeti dan tunduk kepada Asyur, asalkan Yehuda diselamatkan dari tangan raja Aram dan Israel (2 Raja-Raja 16).
Melalui Yesaya, Tuhan menggambarkan sikap Raja Ahas itu sebagai tindakan menolak air Syiloah yang mengalir lamban. Syiloah (nama dalam bahasa Ibrani, sedangkan dalam bahasa Yunani disebut Siloam) adalah kolam di Yerusalem yang menjadi sumber air suci yang digunakan untuk berbagai upacara di Bait Allah. Sebaliknya, Ahas memeluk air sungai Efrat yang kuat dan besar, sebagai gambaran Asyur.
Sahabat, Ahas beranggapan bahwa hikmat dan kuasa manusia lebih hebat dari kuasa Allah. Ia mengira Asyur akan menjadi penyelamatnya. Padahal nantinya, Asyur sendiri menjadi ancaman baginya, serupa sungai besar yang meluap dan menenggelamkan mereka (ayat 7-8). Ahas memilih mengandalkan hikmat manusia, dan ia berakhir dengan kegagalan. Kiranya kita dapat memetik pelajaran dari kesalahannya.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6-8?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mari kita mendorong diri untuk sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan, dan percaya bahwa Ia akan memberikan jawaban atas apa yang kita imani. (pg).