Berapa banyak sahabat atau teman yang Saudara miliki di halaman Facebook? Siapakah seorang sahabat? Dalam kamus Inggris Merriam-Webster (Merriam-Webster, Inc., 2020), sahabat adalah “orang yang sudah lama dikenal dan sering berhubungan dalam hal tertentu, misalnya bermain, belajar, bekerja, dsb.” Seorang sahabat sebenarnya bukan termasuk anggota keluarga, atau kerabat dekat.
Albert Camus (1913-1960, novelis dan filsuf Perancis Algeria) berkata, “Janganlah berjalan di depanku, agar aku tidak mengikutimu. Janganlah berjalan di belakangku, supaya aku tidak memimpinmu. Tetapi, berjalanlah di sampingku dan jadilah sahabatku”.
Kita semua butuh sahabat atau kawan, bukan? Sahabat bisa membantu kita, dan pula peduli pada kita. Sahabat juga menghibur kita dalam kasih dan menguatkan kita di masa-masa sulit. Raja Daud mengungkapkan keadaan itu dengan sangat baik dalam 2 Samuel 1:26, “Merasa susah aku karena engkau saudaraku Yonatan, engkau sangat ramah kepadaku; bagiku cintamu lebih ajaib dari pada cinta perempuan”. Walaupun demikian, seorang sahabat itu tidak dapat dibuat. Namun, yang bisa kita lakukan hanyalah membuat atau membangun persahabatan.
Wajarlah bila kita bertanya, siapakah sebenarnya sahabat itu? Sahabat adalah karunia dari Allah. Ia memberikan sahabat kepada kita dengan maksud yang khusus pula. Di saat sukar maupun senang, duka maupun suka, sakit ataupun sehat, kita tetap membutuhkan sahabat. Kita percaya bahwa melalui kasih-Nya, Allah mengirim sahabat itu kepada kita. Tapi, kita pun mesti tahu, sahabat tidak mampu menggantikan Allah. Mengapa demikian? Sebab, sahabat juga mempunyai kesalahan, kelemahan, kegagalan, serta keterbatasan seperti kita. Dan, Allah adalah tetap Allah sampai selamanya.
Juga, kita harus ingat bahwa sahabat bukan sebuah objek bagi kita. Sahabat pun bukan semacam hak milik bagi kita. Sebab itu, kita tidak dapat berkata bahwa aku ingin membeli seorang sahabat atau teman. Lebih dari itu, sahabat merupakan seorang
pribadi yang unik, yang diberikan oleh Allah kepada kita.
Mengapa seorang sahabat begitu berharga bagi kita? KitabAmsal 17:17 berbunyi, “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran”. Inilah sebuah gambaran tentang seorang sahabat sejati dan sahabat setia beriman. Seorang sahabat setia beriman mengasihi sepanjang masa. Ia bersedia membantu di masa-masa sukar. Seorang sahabat setia beriman (identik dengan kasih) menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (1 Korintus 13:7).
Bacaan Alkitab kita, 1 Samuel 18:1-5, menjelaskan sebuah persahabatan yang paling akrab antara Yonatan dan Daud. Yonatan adalah anak dari raja Saul, raja bangsa Israel. Yonatan juga seorang komando militer dan pergi berperang dengan ayahnya. Tetapi, Daud hanyalah seorang penggembala dan menjaga kawanan kambing domba milik ayahnya (lih. 1 Samuel 17:34-36).
1 Samuel 18:1 berkata, “Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri”.
Waktu Yonatan dan Daud bertemu, mereka berdua langsung menjadi sahabat karib. Dan, Yonatan menunjukkan dirinya bahwa ia sangat mengasihi Daud. Roh Allah mengijinkan Yonatan untuk mengasihi Daud dengan sepenuh hati dan jiwanya. Lagi pula, raja Saul menghargai persahabatan yang akrab antara anaknya Yonatan dan Daud.
Ayat 2 berbunyi, “Pada hari itu Saul membawa Daud dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya”.
Kini, Daud tinggal bersama raja Saul dan keluarganya di istana. Mengapa? Sebab, Daud berhasil mengalahkan Goliat (orang Filistin yang besar) dalam sebuah pertarungan (1 Samuel 17:48-51). Dan, raja Saul juga memberikan Mikhal, anak perempuannya, kepada Daud menjadi istrinya (1 Samuel 18:27-28). Mikhal adalah adik perempuan Yonatan. Dengan demikian, Yonatan adalah saudara ipar Daud.
Selanjutnya ayat 3 berkata, “Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri”. Ayat ini menjelaskan betapa dalamnya kasih Yonatan bagi sahabatnya Daud. Sebab itulah Yonatan membuat sebuah perjanjian persahabatan dengan Daud. Perjanjian ini mewujudkan suatu komitmen kuat antara dua pribadi sahabat. Lebih jauh lagi, persahabatan yang karib itu dialaskan melalui komitmen kukuh pada Allah sendiri.
Masing-masing dari kita, kamu dan aku, juga diingatkan pada berharganya menjadi seorang sahabat bagi orang di sekitar kita dan orang lain melalui persahabatan setia beriman. Terlebih lagi, kita pun bisa memilih menjadi sahabat Yesus, sebab Ia sendiri menyebut kita sebagai seorang sahabat (bdng. Yohanes 15:14-15). Allah memberkati kita. (Petrus E. Handoyo/pg).
******