Sahabat, orang bijak memberi nasihat: “Belajarlah untuk menghargai kepunyaanmu sebab selalu ada seseorang di luar sana yang sangat berharap dapat memilikinya seperti dirimu. Jangan sampai kelak engkau dipaksa untuk menghargainya tatkala itu sudah bukan milikmu lagi.”
Nasihat tersebut mengingatkan kita supaya kita tidak berlaku BODOH, supaya kita menghargai dan menjaga baik-baik “milik” kita. Jangan sampai kita menukarkan atau menjual milik kita yang sangat berharga, dengan sesuatu yang tidak bernilai. Sesuatu yang bernilai kekal, kita tukarkan dengan sesuatu yang fana.
Saya yakin, Sahabat akan tersinggung jika dikatakan orang bodoh. Tapi kenyataannya memang tidak sedikit orang yang berlaku bodoh. Kalau kita sudah tahu bahwa apa yang kita lakukan itu salah, berdampak buruk, merugikan dan bertentangan dengan firman Tuhan, tapi masih saja kita perbuat, itulah yang disebut kebodohan atau tindakan bodoh karena kita telah salah melangkah. Lalu mengapa berlaku bodoh?
Untuk lebih memahami topik tentang: “Mengapa Berlaku BODOH?”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 25:27-34. Sahabat, Sebagai putra sulung, Esau memiliki hak kesulungan yang memberinya keistimewaan berupa berkat anak sulung yang kelak pasti diwariskan oleh sang ayah kepadanya (Kejadian 27:1-4). Tetapi, sayangnya, Esau bersikap tak mengacuhkan haknya tersebut. Dia memandang remeh atas hak yang sangat istimewa yang dia miliki.
Padahal seseorang yang memiliki hak kesulungan itu mewarisi otoritas ilahi dari ayahnya untuk memimpin sukunya. Berhak menjadi imam bagi sukunya, dan mendapatkan warisan dalam jumlah dua kali lipat dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.
Maka Yakub, adik kembarnya, sangat mendambakannya, sangat ingin mendapatnya. Dia menunggu kesempatan yang tepat untuk dapat mengambil atau merebut hak istimewa yang dimiliki kakak kembarnya.
Nah, kesempatan yang dinanti Yakub tiba. Ketika dia sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. Esau minta kepada Yakub agar dia diberi apa yang sedang dimasak oleh adiknya karena dia lelah dan lapar. Tapi Yakub minta agar masakannya itu ditukar dengan hak kesulungan yang dimiliki kakaknya. Konyolnya, Esau setuju dan mengukuhkan “transaksi” itu dengan sumpah! (ayat 31-34)
Sahabat, mengapa Esau berlaku bodoh, menukarkan hak kesulungan dengan semangkok sup kacang merah? Karena Esau itu orang yang berpikir pendek, orang yang hanya memikirkan kebutuhan sesaat. Esau memandang ringan tentang hak kesulungannya.
Hidup ini ialah seni sekaligus disiplin untuk menghargai apa yang ada pada kita, yang diizinkan Tuhan menjadi kepunyaan kita. Sebab tak selamanya itu ada pada kita. Jika kita terlalu sibuk mengejar apa yang belum ada pada kita, akibatnya kita mengabaikannya, tidak melihat potensinya, bahkan memandangnya dengan sebelah mata. Padahal banyak karunia Tuhan tersimpan di situ dan menanti untuk kita hargai, syukuri, dan berdayakan.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Mengapa Esau bersedia menukar hak kesulungan yang dimilikinya dengan semangkok sup kacang merah?
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenungan kita pada hari ini?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati kita: Hargai dan syukuri segala sesuatu yang Tuhan izinkan menjadi kepunyaan kita. (pg).