Saudaraku, manusia cenderung untuk mencari dan mengikuti orang yang bisa memenuhi kebutuhannya. Mereka menjadikan orang itu sebagai obyek yang dianggap mampu memenuhi kekurangannya. Yesus pernah mengalami hal yang sama, yaitu diikuti karena bisa memberi sesuatu. Mari renungkan Yohanes 6: 22-29.
Yesus menjadi magnet baru di kehidupan orang Yahudi pada saat itu karena kemampuannya menggandakan roti dan ikan sehingga bisa dimakan limaribu orang lebih dan tersisa banyak. Siapa yang tidak takjub? Di zaman orang sulit mencari makan, ada Seseorang yang bisa menggandakan makanan. Magnet inilah yang membuat Yesus menjadi idola baru yang diburu oleh para rakyat. Mereka mengejar Yesus kemanapun Yesus pergi atau tempat perkiraan tujuan Yesus. Tujuan mereka jelas: mereka mencari roti gratis dari Yesus. Mereka menginginkan Yesus menggandakan roti lagi untuk mereka.
Namun Yesus tidak menuruti keinginan orang banyak itu walau sebenarnya itu adalah kesempatan bagi Yesus untuk menginjili mereka. Yesus justru menjabarkan bahwa mereka harus percaya kepada Dia yang diutus oleh Allah. Bukan roti yang biasanya, namun Roti Kehidupan.
Yesus memang melakukan mukjizat namun misi kedatangan Yesus bukan pada mukjizat fisik. Fokus Yesus adalah memperkenalkan Kerajaan Allah di muka bumi ini. Maka Yesus menekankan bahwa orang yang mencari-Nya harus menemukan ROTI KEHIDUPAN yaitu YESUS sendiri.
Saat pikiran hanya tertuju kepada roti fisik, maka mereka akan lekas merasa lapar. Roti fisik tidak akan pernah memuaskan manusia karena manusia adalah makhluk yang tak pernah puas. Yesus mengarahkan untuk manusia mengenal-Nya karena Ia akan memberikan kepuasan sejati yang membuat mereka tidak lagi serakah dan jatuh dalam pencobaan (Yakobus 1:14).
Keinginan seringkali menjadi raja dalam kehidupan manusia dan mengendalikan kehidupannya. Namun keinginan manusia bersifat sementara dan tidak terpuaskan. Maka manusia perlu belajar untuk menguasai keinginannya dan Yesus adalah sumber kehidupan yang membuat manusia tidak lagi dikuasai oleh keinginannya sendiri. Manusia diarahkan untuk hidup dalam kehendak Allah.
Mencari “roti” seringkali menjadi alasan seseorang mengikut Kristus. Ada sebuah ajaran yang dinamakan teologi kemakmuran atau teologi sukses yang lebih menekankan kepada bentuk kasih Allah kepada manusia adalah dengan memberi kemakmuran finansial dan kesehatan serta kesuksesan hidup dibandingkan dengan salib yang harus dipanggul oleh para pengikut Kristus.
Akibatnya berkat Allah hanya diukur dari kekayaan dan kesuksesan saja dan para penganut ajaran ini memandang Allah bagaikan tambang emas semata. Mereka terus haus untuk menambah “berkat” dan tidak akan pernah puas dengan kehidupan.
Apakah ini yang Dia kehendaki dari para pengikut-Nya? Betapa sedihnya Dia yang dicari hanya karena roti dan bukan merindukan kehadiran pribadi-Nya. Oleh karena itu mari lapar akan Yesus: menjalin relasi yang kuat, menikmati jalan kehidupan dalam tuntunan-Nya dan terus bertumbuh dalam Firman-Nya.
Saudaraku, CARILAH TUHAN maka kamu akan hidup … (Amos 5:6). Saat manusia sungguh mencari Tuhan, maka Tuhan akan MEMBEBASKAN MANUSIA dari belenggu keinginan yang tak terpuaskan. Mari mencari Tuhan, bukan mencari berkat semata. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)