MANIPULASI. Sahabat, dalam masa kampanye seperti saat ini ada kelompok tertentu yang melakukan manipulasi agama untuk meraih pendukung sebanyak-banyaknya. Apa itu Manipulasi? Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa yang secara disengaja dengan melakukan penambahan, penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah sumber informasi, subtansi, realitas, kenyataan, fakta-fakta, data ataupun sejarah yang dibuat berdasarkan sistem perancangan yang bisa dilakukan secara individu, kelompok atau sebuah tata sistem nilai. Manipulasi adalah bagian penting dari suatu tujuan tertentu dalam hal tindakan penanaman gagasan, dogma, doktrinisme, sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.
Secara garis besar, Manipulasi adalah suatu sikap atau kemampuan seseorang dalam memengaruhi, mengeksploitasi, hingga mengontrol orang lain. Perilaku ini semata-mata dilakukan demi memperoleh keuntungan pribadi belaka. Seseorang yang pandai melakukan manipulasi akan bisa memengaruhi kondisi psikologis orang lain dengan mudah. Akibatnya, korban bisa mendapatkan dampak negatif, khususnya dari segi mental dan emosi. Biasanya, tindakan ini dilakukan dengan menyusun berbagai kebohongan.
Manipulasi dapat terjadi pada siapa saja dalam segala jenis hubungan. Baik hubungan pertemanan, hubungan percintaan, hingga hubungan orang tua dan anak, hingga keluarga. Bahkan, hubungan rekan kerja dan atasan dalam dunia kerja juga mungkin menimbulkan perlakuan yang manipulatif. Padahal, perilaku manipulatif dapat berdampak secara negatif pada kesehatan mental korbannya. Baik secara lambat maupun cepat.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “Manipulation of Religion for Power (Manipulasi Agama Demi Kekekuasaan), Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 12:25-33. Sahabat, sudah duduk lupa berdiri. Itulah mentalitas yang dimiliki sebagian besar orang. Setelah mengecap kenikmatan, ia enggan melepaskannya. Mengapa? Sebab hidup yang ditopang dengan segala fasilitas istimewa terasa nikmat dan sayang untuk ditinggalkan.
Sebenarnya, Yerobeam tidak akan turun takhta. Tuhan sendiri memberi kepastian dan janji bahwa kepemimpinannya akan berlanjut, asalkan ia taat dan setia kepada Allah dengan sepenuh hati. Tak tanggung-tanggung, kerajaannya akan dibuat seperti Daud. Semua itu terbukti saat dirinya diangkat menjadi raja (1 Raja-raja 11:31).
Sahabat, lalu, mengapa Yerobeam mengabaikan janji Allah? Rasa khawatir dan takut akan kehilangan kerajaan dan kekuasaan menghantuinya. Dalam benaknya, jika umat pergi ke Yerusalem mempersembahkan korban, jangan-jangan mereka berbalik tidak lagi setia. Umat akan mendukung Rehabeam dan balik menyerangnya (Ayat 27). Kekhawatiran itu melahirkan tindakan manipulasi agama. Ia membangun mazbah penyembahan berhala di dua tempat agar umat Israel tidak lagi pergi ke Yerusalem. (Ayat 28-29). Ia juga mengangkat sendiri imam-imam yang akan bertugas di sana. Yerobeam membawa umat Israel makin berdosa di hadapan Tuhan.
Kejahatan dilakukannya dengan cara membelokkan kebenaran. Dengan terang-terangan umat diajak memulai ibadah dan penyembahan baru kepada buatan tangannya sendiri, bukan kepada Allah.
Sahabat, di zaman yang mengedapankan teknologi, informasi, dan kecepatan, kita masih sering menjumpai pemimpin menyalahgunakan kekuasaannya dengan memanipulasi agama. Tujuan utamanya hanyalah kekuasaan yang dibungkus dengan hal-hal yang bersifat keagamaan. Mereka tidak pernah memikirkan kebaikan atau kesejahteraan rakyat, selain dirinya sendiri, keluarganya, dan orang-orang yang mendukungnya. Pemimpin yang berani memanipulasi agama akan sangat mungkin melakukan hal jahat lainnya. Karena itu, berhati-hatilah dalam memilih pemimpin, dan juga berhati-hatilah jika kita dipercaya menjadi seorang pemimpin. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami tentang manipulasi?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Orang-orang tua dapat memberi pertimbangan berdasarkan pengalaman dan hikmat yang teruji. Orang-orang muda memberi harapan dan semangat mencapai impian. (pg).