HARI VALENTINE. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hari Valentine adalah hari penyampaian atau pernyataan pesan kasih sayang yang diperingati pada tanggal 14 Februari.
Sejarah munculnya Hari Valentine datang dari seorang pendeta di Roma bernama Valentine. Diceritakan bawah Valentine dipukuli dan berakhir dipancung pada tanggal 14 Februari 278 Masehi. Bentuk eksekusi ini merupakan sebuah hukuman karena pendeta Valentine dianggap menentang kebijakan seorang Kaisar bernama Claudius II.
Berdasarkan sejarah, Claudius II dikenal sebagai seorang kaisar yang kejam setelah membuat Roma terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah. Supaya Roma selalu menang dalam peperangan, Sang Kaisar harus memiliki tentara yang kuat. Namun hal tersebut ternyata sulit untuk diwujudkan, karena menurut Sang Kaisar bala tentaranya enggan pergi ke medan perang karena terikat pada istri atau kekasih. Untuk mengatasi hal tersebut Claudius II melarang semua bentuk pernikahan serta pertunangan di Roma.
Sahabat, pendeta Valentine menentang kebijakan tersebut, ia berusaha secara diam-diam menikahkan pasangan muda. Tindakan tersebut diketahui Sang Kaisar dan pada akhirnya pendeta Valentine ditahan serta dihukum, kemudian tubuhnya dipukul hingga dipancung pada tanggal 14 Februari.
Pada Hari Valentine, hari ini, saya mengajak Sahabat untuk merenungkan Injil Yohanes dengan topik: “Love One Another as the NEW COMMANDMENT (SALING MENGASIHI sebagai PERINTAH BARU)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yohanes 13:31-35 dengan penekanan pada ayat 34-35. Sahabat, dapatkah kita mengasihi sesama jika kita tidak pernah merasakan dan menerima kasih Allah? Untuk berbuat baik mungkin kita bisa melakukannya, orang lain pun juga bisa, tetapi kebaikan yang tidak didasarkan pada kasih Allah sesungguhnya hanyalah kebaikan semu.
Sahabat, setelah Yesus berbicara tentang pengkhianatan, dan setelah Yudas dikuasai sepenuhnya oleh Iblis, Yudas segera melangkahkan kakinya untuk melakukan rencana jahat yang sudah disepakatinya dengan Iblis. Ia lebih memilih untuk mengikuti yang jahat daripada mengikuti nasihat Yesus dan panggilan kasih karunia-Nya. Karena itu, ia kehilangan bagian penting dari pembicaraan Yesus selanjutnya, yaitu tentang SALING MENGASIHI sebagai SESAMA MURID KRISTUS.
Yesus memandang rencana jahat Yudas untuk menyerahkan-Nya kepada para pemimpin agama Yahudi dan penyaliban yang akan dihadapi-Nya sebagai cara Allah Bapa untuk memuliakan-Nya serta jalan bagi-Nya untuk memuliakan Allah Bapa (ayat 31-32).
Coba kita cermati, sesungguhnya selain mengindikasikan keilahian-Nya, panggilan Yesus kepada para murid dengan sebutan “anak-anak-Ku” menunjukkan relasi yang erat dan dekat yang dibangun dan diprakarsai oleh Yesus. Karena Yesus yang memprakarsainya, relasi itu bersifat kekal. Yesus telah, sedang, dan akan terus mengasihi mereka. Karena itu, Dia MEMBERIKAN PERINTAH supaya MEREKA SALING MENGASIHI dengan standar yang Yesus berikan. SALING MENGASIHI itulah yang akan menjadi IDENTITAS mereka di tengah-tengah dunia, yaitu cara dunia mengenali mereka sebagai MURID-MURID YESUS (ayat 34-35).
Sahabat, perintah ini BERLAKU untuk SEMUA ORANG PERCAYA di SEPANJANG MASA, dalam kata lain kita, Sahabat dan saya serta semua orang yang berstatus sebagai anak-anak Allah. Kita yang telah ditebus dengan pengorbanan-Nya dan secara pribadi mengalami kasih Tuhan Yesus diberi kemampuan untuk mengasihi sesama dengan kasih dari surga. Kasih itu tidak hanya kita alami, namun kasih itu akan MENJADI BUKTI bahwa kita adalah MURID TUHAN YESUS. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 31-32?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tanpa kasih kehidupan kita tidak akan memuliakan nama Tuhan! (pg).