MUNAFIK. Sahabat, orang munafik adalah orang yang giat melayani Tuhan, tetapi sesungguhnya hati mereka jauh dari Tuhan. Menurut Tuhan Yesus, orang munafik itu seperti firman Allah yang disampaikan oleh nabi Yesaya, “… Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, …” (Yesaya 29:13). Orang munafik bukan orang dengan kepercayaan lain, tetapi orang yang sama-sama percaya kepada Tuhan. Keberadaan orang munafik bukan di luar gereja, tetapi di dalam gereja.
Pada hakikatnya, kemunafikan berbicara tentang tindakan seseorang mengklaim percaya sesuatu namun bertindak dengan cara yang berseberangan dengan klaim itu. Istilah yang dipakai dalam Alkitab berasal dari istilah Yunani yang berarti aktor, secara harafiah: Seseorang yang mengenakan topeng. Dalam kata lain, seseorang yang berpura-pura menjadi sesuatu yang berbeda dari kenyataannya.
Alkitab menyebut kemunafikan sebagai dosa. Ada dua bentuk kemunafikan: Menyatakan percaya sesuatu kemudian bertindak berlawanan dengan kepercayaan itu, dan memandang rendah orang lain walaupun dia sendiri bercela.
Sahabat, nabi Yesaya mengecam kemunafikan pada zamannya (Yesaya 29:13). Berabad-abad kemudian, Yesus mengutip ayat tersebut ketika menunjuk kepada para pemuka agama di zaman-Nya (Matius 15:8-9). Yohanes Pembaptis menjuluki kerumunan orang yang tidak tulus, yang datang untuk dibaptis, sebagai “keturunan ular beludak” dan menghimbau orang-orang munafik itu “hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (Lukas 3:7-9). Yesus juga mengecam keras kemunafikan, Ia menjuluki orang munafik “menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas” (Matius 7:15), “seperti kuburan yang dilabur putih” (Matius 23:27), “ular-ular,” dan “keturunan ular beludak” (Matius 23:33).
Kita tidak bisa mengatakan kita mengasihi Allah jika kita tidak mengasihi sesama kita (1 Yohanes 2:9). Kasih haruslah jangan pura-pura (Roma 12:9). Seorang yang munafik mungkin tampak saleh secara luaran, namun itu hanya topeng saja. Kebenaran sejati dihasilkan oleh perubahan di dalam diri seseorang akibat Roh Kudus, bukan ketaatan secara lahiriah terhadap peraturan (Matius 23:5; 2 Korintus 3:8).
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 2 Raja-raja dengan topik: : Live for God with All Your Heart (Hidup bagi Tuhan dengan Segenap Hati)”. Bacaan Sabda diambil dari 2 Raja-raja 10:18-36 dengan penekanan pada ayat 31. Sahabat, patut diakui betapa hebat dan giatnya Yehu dalam melaksanakan perintah Tuhan untuk memusnahkan keluarga besar dan para pengikut Ahab. Ia berani, tegas, sangat bersemangat, dan tidak menyia-nyiakan waktu dalam menjalankan perintah Tuhan. Tuhan bahkan memuji Yehu: “Oleh karena engkau telah berbuat baik dengan melakukan apa yang benar di mata-Ku, dan telah berbuat kepada keluarga Ahab tepat seperti yang dikehendaki hati-Ku, maka anak-anakmu akan duduk di atas takhta Israel sampai keturunan yang keempat” (Ayat 30).
Sahabat, dibalik giatnya Yehu, ada sikap-sikap yang menodai kepatuhannya kepada Tuhan. Pertama, Yehu melakukan kebohongan dan penipuan (Ayat 18-28). Kedua, Yehu tidak menjauhkan dosa-dosa penyembahan anak-anak lembu emas di Betel dan di Dan (Ayat 29 dan 31). Bagaimana mungkin seseorang yang terlihat sangat giat bekerja bagi Tuhan, tetapi melakukan kedua hal itu? Jawabannya ada di ayat 31: “Tetapi Yehu tidak tetap hidup menurut hukum TUHAN, Allah Israel, dengan segenap hatinya; …”
Pada bagian ini kita mungkin berpikir Tuhan sepertinya tidak melakukan apa-apa terhadap kesalahan Yehu, namun sesungguhnya Tuhan tahu dan Ia bertindak. Hosea 1:4 mencatat: “… sebab sedikit waktu lagi maka Aku akan menghukum keluarga Yehu karena hutang darah Yizreel dan Aku akan mengakhiri pemerintahan kaum Israel.” Tuhan tetap menghukum Yehu, meski ia pernah dipakai sebagai alat-Nya.
Sahabat, hal tersebut menjadi peringatan keras bagi setiap kita, yang melayani Tuhan. Kesalahan yang Yehu lakukan juga bisa terjadi dalam hidup pelayanan kita. Misalnya: ketika kita sangat rajin melayani tetapi tidak sungguh-sungguh hidup bagi-Nya; ketika kita lebih mencintai pekerjaan-Nya dibanding menaati kehendak-Nya dengan segenap hati; ketika kita terlalu sibuk memberantas dosa orang lain, tetapi lalai untuk peka terhadap dosa kita sendiri. Kuncinya adalah pada kata “TETAP”. Adakah kita TETAP hidup bagi Tuhan dengan segenap hati? Bersandiwara tempatnya di atas panggung, bukan dalam hidup sehari-hari kita. JANGAN MUNAFIK. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh berdasarkan hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari Hosea 1:4?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Munafik ditandai dengan adanya sebuah perbedaan di antara hati dan perkataan, adanya perbedaan di antara sesuatu yang tersembunyi dengan yang tampak. (pg)