Listen to My Word and Do It!

Listen to My Word and Do It!

PERJANJIAN. Dua pihak yang bersepakat dalam suatu perjanjian tentu sama-sama beranggapan bahwa keduanya akan punya tekad memegang teguh perjanjian tersebut. Biasanya, bila salah satu pihak melanggar perjanjian, maka akan ada sanksi yang dikenakan bagi pihak yang melanggar.

Hari ini kita akan melanjutkan untuk belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Listen to My Word and Do It! (Dengarkanlah Suara-Ku dan Lakukanlah!)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 11:1-17 dengan penekanan pada ayat 4. Sahabat, Tuhan telah menjalin perjanjian dengan bangsa Israel ketika Ia akan membebaskan mereka dari Mesir, negeri yang membelenggu mereka dengan perbudakan bertahun-tahun lamanya (ayat 4-5).

Perkataan perjanjian yang tertulis di sini (ayat 6) berkaitan dengan kitab perjanjian yang ditemukan di rumah Tuhan dalam masa pemerintahan Yosia (2 Raja-Raja 23:2). Di sini Yeremia disuruh Allah untuk menyerukan perintah-perintah dari kitab itu berulang-ulang. Nasib bangsa itu bergantung pada ketaatan mereka kepada perjanjian Allah. Berulang kali Nabi Yeremia menyerukan “Dengarlah perkataan-perkataan perjanjian ini!” dan “Dengarlah suara-Ku!” Sesuai titah Raja Yosia, segenap rakyat harus mendengarkan perkataan perjanjian itu. Namun, sesungguhnya hati mereka jauh dari Allah. Mereka mendengar, tetapi tidak taat, tidak melakukan.

Sahabat, ternyata bangsa Israel justru diam-diam beribadah kepada allah-allah lain, seperti yang dilakukan nenek moyang mereka dahulu. Itu berarti, pelanggaran terhadap Hukum Taurat yang pertama, “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” (Keluaran 20:3). Berulang kali, dari generasi ke generasi, umat Allah melakukan hal itu meski sudah berulang kali pula diperingatkan. Faktanya, allah-allah yang disembah oleh umat pada waktu itu sama banyak dengan jumlah kota-kota di Yehuda (ayat 13).

Sangat memprihatinkan, mereka menyembunyikan dosa tersebut dari raja dan nabi. Namun, Allah mengetahui perbuatan mereka (ayat 9-10). Allah memperingatkan tentang malapetaka hebat yang akan Dia datangkan bagi bangsa itu. Begitu hebat malapetaka itu sehingga diibaratkan pohon zaitun yang terbakar dalam badai (ayat 16).

Ada ironi penghukuman Allah. Oleh karena mereka tidak mendengarkan suara-Nya, maka nanti ketika hukuman dijatuhkan, Dia tidak akan mendengarkan doa mereka. Bahkan, Yeremia pun dilarang mendoakan bangsa itu (ayat 14). Berdoa agar orang lain diampuni Allah hanya efektif bila orang itu sendiri berdoa.

Sahabat, Tuhan memang panjang sabar, tetapi bukan berarti bahwa Dia tidak bisa marah bila umat terus menerus berdosa. Bila kita melanggar ketetapan-Nya, maka Tuhan akan menerapkan keadilan-Nya, yang bersalah harus dihukum. Sebelum Tuhan murka dan menjatuhkan hukuman, kita harus berbalik dari segala sesuatu yang jahat, yang terus menerus kita lakukan. Jangan sampai, doa-doa orang agar kita bertobat, tidak lagi didengarkan Tuhan karena kedegilan kita.

Tuntutan Allah kepada umat-Nya: “Dengarkanlah suara-Ku!” Mendengar berarti taat. Kita belajar taat dengan melakukan perintah-perintah Allah yang tertulis dalam Alkitab. Dalam momen-momen khusus, kita juga belajar taat kepada Roh Kudus yang berbicara dalam hati kita, yang berbisik lembut di hati kita.

Anugerah Allah adalah bila kita dapat mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Mari kita tanggapi dengan menaati perintah-Nya! Anugerah Allah memampukan kita untuk MENDENGAR  dan MELAKUKAN  segala kehendak-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9-10?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Selama masih ada kesempatan kita pergunakan untuk menunjukkan buah-buah pertobatan kita dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan dalam hidup kita. (pg).

Renungan Lainnya