Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “Life Changing Worship (Ibadah yang Mengubahkan Hidup)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 45:1-17 dengan penekanan pada ayat 3. Sahabat, Bacaan Sabda pada hari ini hari merupakan salah satu bagian Alkitab yang sulit untuk ditafsirkan. Masalahnya, bagian tanah yang harus dikhususkan untuk TUHAN itu ukurannya amat luas, yaitu panjangnya 25.000 hasta dan lebarnya 20.000 hasta (Ayat 1). Bila 1 hasta = 45 cm, maka ukuran tanah itu adalah 11,25 km X 9 km.
Dalam konteks Alkitab, tanah yang dikhususkan untuk TUHAN itu harus berada di kota Yerusalem, padahal panjang keliling kota Yerusalem lama hanya sekitar 4,5 km. Oleh karena itu, bila ukuran tanah yang dikhususkan untuk TUHAN itu diartikan secara harfiah, berarti bahwa Bait Suci dalam penglihatan Nabi Yehezkiel belum terwujud.
Sahabat, saat melangsungkan ibadah di Bait Suci yang baru, umat Israel harus memberikan DUA PERSEMBAHAN KHUSUS, yaitu: Pertama, sebidang tanah untuk Bait Suci dan kediaman para imam Lewi (Ayat 1-5). Bait Suci terletak di pusat dan dikelilingi oleh kediaman para imam (Ayat 2-4). Seluruh wilayah Bait Suci dan perumahan para imam merupakan wilayah yang kudus. Berbatasan dengan wilayah ezkielkudus adalah wilayah kota dan tanah milik raja (Ayat 6, 7).
Penempatan kedua wilayah ini menekankan motif kekudusan Allah. Karena itu, harus ada jarak antara kedua wilayah tersebut dan Bait Suci (bdk. Yehezkiel 43:8). Itu sebab mengapa manusia berdosa tidak boleh mendekati tempat kudus tersebut, apalagi menjamah benda-benda yang kudus (bdk. Yehezkiel 44:9, 10; Keluaran 3:5, 19:10-13). Akan tetapi, kematian Kristus telah mendamaikan manusia berdosa dengan Allah. Melalui darah Kristus, kita dapat menghadap Allah secara langsung melalui doa. Hal itu disebabkan Kristus telah meniadakan jarak antara ruang kudus dan mahakudus (Ibrani 10:19-20).
Sahabat, Allah yang kudus memanggil orang-orang percaya untuk menjadi umat-Nya yang kudus. Dalam amanat para nabi, respons terhadap panggilan tersebut diwujudkan dengan cara menerapkan keadilan sosial-ekonomi (Ayat 9-12). Karena itu, ibadah tidak terpisah dari perilaku sosial-ekonomi yang adil, benar, dan jujur. Segala praktik perampasan, kekerasan, aniaya, dan kecurangan takaran serta timbangan, yang merajalela di masa prapembuangan, harus dihentikan.
Kedua, berupa bahan-bahan untuk persembahan korban di Bait Suci (ayat 13-15; bdk. Imamat 1-5). Korban-korban tersebut berfungsi untuk pendamaian bagi umat Allah. Semua bahan akan disalurkan melalui raja (ayat 16, 17). Para imam maupun pemimpin negara atau masyarakat bersama-sama bertanggung jawab agar kehidupan umat Allah mencerminkan kekudusan-Nya.
Sahabat, bagaimanakah orang percaya dapat berperan mencerminkan kekudusan Allah di lingkungan keluarga, tempat kerja, dan masyarakatnya?
Selain itu bila Allah menduduki tempat utama dalam kehidupan bangsa Israel, hal itu akan membawa dampak dalam pemerintahan dan dalam kehidupan sosial. Raja (pemerintah, pejabat) tidak lagi memikirkan kepentingannya sendiri serta menjauhi kekerasan dan mengutamakan keadilan. Perubahan sikap para pemimpin itu akan mendorong perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat. Apakah ibadah kita telah membawa dampak dalam kehidupan bermasyarakat? Yang lebih penting lagi, apakah ibadah kita telah mengubah hidup kita sendiri? Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari Ibrani 10:19-20?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1). (pg).