Sahabat, ada paribasan (ungkapan dalam bahasa Jawa) yang berbunyi: Kutuk marani sunduk. Secara harifiah artinya sebagai berikut: Kutuk artinya ikan gabus; maraniartinya menghampiri; sedangkan sunduk artinya alat yang digunakan untuk membawa ikan hasil pancingan dengan cara memasukkan alat ini ke mulut dan dikeluarkan melalui insangnya. Jadi secara harfiah arti dari Kutuk marani sunduk yaitu ikan gabus yang meghampiri sendiri alat yang digunakan untuk menangkapnya. Paribasan itu merujuk kepada orang yang menghampiri perantara kematiannya.
Sedangkan arti yang tersirat dari paribasan tersebut adalah Njarak marani bebaya (baca: njarak marani beboyo) yang artinya berjalan mendekati bahaya. Peribahasa ini merujuk kepada orang yang melakukan perbuatan berbahaya atau mendatangi bahaya bagi dirinya sendiri.
Saat ini sering kita menemui di media sosial konten-konten yang berbahaya demi kata viral. Perbuatan tersebut adalah perbuatan yang berbahaya. Maka perbuatan tersebut sama dengan maksud dari paribasan: Kutuk marani sunduk. Maka sebaiknya janganlah kita melakukan perbuatan bodoh yang membahayakan nyawa hanya demi kata viral.
Hari ini kita masih melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “KUTUK marani SUNDUK”. Untuk itu Bacaan Sabda saya ambil dari Amsal 7:6-27. Sahabat, anak muda yang menikmati dosa perzinaan diibaratkan seperti: Kutuk marani sunduk. Mengapa? Karena mereka dengan sengaja menghampiri godaan tersebut (ayat 7-8). Kita tidak tahu apa motifnya, namun yang jelas anak muda lugu itu sedang menjerumuskan dirinya sendiri.
Apalagi, si perempuan licik tersebut bukan sosok yang mudah menyerah. Dia menggunakan berbagai trik dan rayuan mautnya, sehingga anak muda yang lugu dan bodoh tersebut akhirnya jatuh ke dalam godaan (ayat 10-21).
Bahkan, Amsal menyebut anak muda itu seperti lembu yang akan dibawa ke pejagalan (ayat 22), seperti burung yang masuk perangkap, namun tidak sadar hidupnya sedang terancam (ayat 23).
Sahabat, penulis Amsal dengan serius menasihati agar anak muda tidak masuk dalam perangkap perempuan tersebut (ayat 25). Pasalnya, banyak orang yang telah mati dibunuh dan akhir dari semua itu adalah masuk ke dalam dunia orang mati (ayat 26-27).
Senada dengan Amsal, Rasul Paulus juga pernah menulis hal serupa dalam Roma 6:15-23. Paulus menuliskan tentang kemerdekaan seorang anak Tuhan, yaitu ketika terbebas dari belenggu dosa. Satu-satunya yang dapat membebaskan dari belenggu dosa adalah Tuhan Yesus Kristus.
Sahabat, selama kita masih hidup, kita akan menemukan “perempuan-perempuan” licik seperti itu. Jangan terjebak! Penulis Amsal telah mengingatkan kita akan konsekuensi-konsekuensinya yang sangat mengerikan. Bersyukur kita mengenal Yesus Kristus yang telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Oleh karena itu, akuilah bahwa kita adalah anak muda bodoh yang terbelenggu. Kita membutuhkan Tuhan Yesus untuk melepaskan diri kita dari belenggu dosa yang menjerat kita.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Nasihat apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 7-9?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Iblis mengetahui titik kelemahan kita, pencobaan apa yang paling tepat untuk menggoda kita, kapan waktu untuk menawarkannya. (pg).