KORUPSI LAGI

KORUPSI LAGI

Saudaraku, duuuh … Hari-hari ini koran dan medsos mendulang berita kasus korupsi yang melibatkan petinggi BUMN, selebriti dan crazy rich. Angka kerugian negara sesuai pernyataan Kejaksaan Agung sangat fantastis, kalau ditulis Rp 271.000.000.000.000. Kita sendiri pasti bingung membacanya. Oknum-oknum yang terlibat sebagian punya titel sarjana, ada yang lulusan luar negeri, dan kemewahan yang ditampilkan dari hasil korupsi sangat menawan seperti mobil-mobil crazy rich, perhiasan, tumpukan uang asing, bahkan saat ditahan juga menggunakan busana buatan luar negeri.

Aku jadi ingat beberapa tahun lalu saat diajak Komisaris untuk silaturahmi dengan Duta Besar Swiss  di Rasuna Said Jakarta. Bertepatan pada waktu  itu juga ada ekspos kasus korupsi yang wah. Pak Dubes cerita bahwa minggu lalu ada pembukaan sebuah showroom jam tangan dari Swiss. Nah saat lucky draw di akhir acara Pak Dubes mendapatkan hadiah utama yakni jam tangan, ditunjukkan kepada kami, warnanya gold. 

Pak Dubes bilang: “Saya malu memakai ini, saya datang sebagai tamu undangan menang lucky draw. Entah itu saya benar-benar beruntung  atau diatur oleh Panitia, sehingga saya mendapatkan jam tangan. Saya merasa tidak layak dan tidak berhak, karena saya datang ke acara tersebut mewakili negara Swiss. Nanti bulan depan ada acara Christmas Party di kedutaan, jam tangan ini akan diundi, siapa tahu yang mendapatkan justru Pak Satpam.” 

Pak Dubes menunjukkan jam tangan yang dia pakai, sambil berkata: “Saya bangga memakai jam tangan ini, asli buatan Swiss, dan saya beli dari hasil kerja saya yang pertama setelah lulus university. Ada kebanggaan bisa beli dari hasil kerja, meski harga kurang dari Chf 1.000. Saya selalu ingat cara saya mendapatkannya. Ada berkat Tuhan di situ.”

Nah itu dia, kalau koruptor di sini mungkin berpikir lain ya, kalau bisa mendapatkan hasil-hasil lebih dan luar biasa di luar tugas dan jabatannya mungkin semakin sukses, apalagi dari kekayaannya dia juga punya beberapa istri lagi. Pengusaha mendapatkan proyek yang dibumbui KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) juga bangga, pokoknya dapat order besar, meskipun akhirnya mesti mengurangi kualitas dan kuantitas material proyek karena perhitungan biaya juga ada batasnya, pokoknya asal 1-6 bulan setelah BAP (Berita Acara Pekerjaan) barang atau proyek yang diserahkan tidak rusak, ya aman.

Di beberapa negara kita melihat adanya infrastruktur dan lingkungan yang tertata indah, rakyatnya puas karena melihat pajak yang disetorkan digunakan untuk pembangunan. Bahkan jika ingin bertemu dengan wakil rakyat bisa bertemu di warung bakmi atau kopi karena ada jadwal tetap bagi wakil rakyat mendengarkan masukan dari warga yang memilihnya.

Sebagai renungan kita bersama, kalau kita ingin hal-hal yang baik bagi negara, mulainya dari mana? Ya dari diri kita dahulu, tidak melakukan upaya-upaya KKN membujuk pejabat negara, meskipun nantinya akan kalah tender. Ini menjadi dilema yang tiada akhir, bagaikan hendak menangkap ular kobra yang marah, mana yang harus ditangkap terlebih dahulu di bagian kepala atau ekornya, semua ada risikonya.

Agar kita tidak melakukan upaya-upaya KKN, Tuhan telah memberikan rambu-rambu yang benar dalam menjalankan usaha dan bekerja sebagai berikut:

Efesus 2:10: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

Efesus 4:28: “Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri.”

Kolose 3:17: “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.”

1 Tesalonika 4:7: “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” 

Nah, rambu-rambu dari Tuhan itu kekal adanya, karena tidak ada satu iota atau titik yang hilang dari Firman Tuhan. Semuanya tergantung hati dan niatan  kita, mau mengikut jalan Tuhan meskipun berat, atau menerabas aturan asal mendapatkan kekayaan.  Ingatlah: Tuhan akan memperhitungkan tingkah lakumu  suatu hari saat keluargamu memasang iklan khusus untukmu: “Telah Pulang Ke Rumah Bapa”

Akhirnya Saudaraku, mari bersama Pengamsal, setiap pagi sebelum kita melakukan segala aktivitas kita pada hari itu, kita berdoa: “Jauhkanlah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu? Atau, kalau aku miskin, aku mencuri, dan mencemarkan nama Allahku.” (Amsal 30:8-9). (Surhert).

.

Renungan Lainnya