KOBOI JALANAN

KOBOI JALANAN

Saudaraku,  kita membaca di detik.com, ada 3 orang anak muda di bawah usia 20 tahun yang ditangkap Polda Jatim karena terbukti menembak setidaknya 4 orang sopir truk di jalan tol Surabaya – Sidoarjo di malam hari dan seorang pengepul barang bekas usia 61 tahun yang sedang berjalan dengan gerobaknya. Menurut kesaksian para korban mengatakan ada yang dipepet dan ditembak dari mobil Pajero atau CRV hitam, lalu ada yang ditembak dari mobil Innova Zenix, dan lainnya ditembak dari dalam mobil Odyssey 

Polisi yang menerima laporan penembakan segera bertindak cepat, dapat menemukan bekas-bekas peluru airsoft gun, dan dalam waktu kurang dari 4 hari polisi dapat menangkap 3 orang pelaku, 2 orang berstatus mahasiswa dan 1 pelajar di bawah umur. Benar ternyata dari kalangan orang kaya, tiga mobil yang digunakan menembak harganya minimal Rp 450 juta, harga airsoft gun sekitar Rp 10 juta dibeli dari online. 

Setiap tersangka memiliki peran masing-masing, mengganti pelat nomor mobil, mengemudi di malam hari dan mematikan lampu mobil, melakukan penembakan saat berada di jalan tol, ada yang sebagai pengemudi dan juga menembak, anak di bawah umur juga berperan menembak serta duduk di kursi tengah, masing-masing tersangka memiliki airsoft gun.

Saudaraku, motif menembak orang, membuat polisi dan kita semua geleng-geleng kepala dan  terkejut, karena ketiga pelaku mengakui bahwa aksi penembakan itu cuma iseng dan terinspirasi dari game online. Jadi keseringan atau kecanduan game online yang genrenya saling membunuh agar tetap eksis dan menang, kebetulan pas menjadi anak orang kaya, bisa mendapatkan uang saku sangat banyak dari orangtua, bisa membeli airsoft gun dari online, berpikir bahwa peluru-peluru yang digunakan hanya dari plastik, yah akhirnya terpengaruh bagaimana kalau ditembakkan ke orang atau binatang, karena pelurunya kecil dan tidak berakibat fatal mematikan. Itulah, jalan pikir di otaknya hanya sumbu pendek …

Saudaraku, kalau kita membaca “Sejenak Merenung” yang telah kami bagikan pada tanggal 15 Mei 2024 yang berjudul “FAT CAT”, kami sudah mengingatkan tentang bahaya kecanduan game online bagi anak-anak muda, main MOBA Multiplayer Online Battle Arena, yakni game saling membunuh dan menyerang yang anggotanya terdiri dari satu kelompok, umumnya 5 orang. Ironisnya game online yang genrenya kekerasan saling membunuh dikategorikan sebagai esports (olahraga elektronik), dianggap sebagai olahraga otak, tidak jelas kriterianya otak mana yang diolahragakan, yang pasti ada turnamennya yang berhadiah uang dalam jumlah besar, dan penyelenggara turnamen bahkan ada di tingkat kecamatan hingga di mal-mal perbelanjaan mewah.

Saudaraku, mohon perhatikan ya. Anak-anak muda yang kecanduan game online, bisa main berjam-jam, hanya menunduk melihat ke handphone terutama yang layarnya besar, dan yang bergerak-gerak memainkan kursor hanya 1-3 jari tangan kanan kiri, sering kali keluar teriakan dari mulut dan reflek kaki menendang jengkel atau kesenangan. Tujuannya hanya bagaimana untuk menang, mengalahkan orang lain, bagaimana menggunakan senjata, bagaimana menembak dan membunuh, hanya itu yang diajarkan!!! Tidak ada orang yang mengajak bicara atau tegur sapa dalam game online, dunia rohani yang sebenarnya sepi, hanya ada dunia musik game yang hingar bingar memacu emosi dan pokoknya ayo jadi satu tim untuk menang perang.

Jika Saudara sebagai orang tua yang memiliki anak atau cucu remaja atau pemuda tanggung, mungkin Saudara merasa senang dan bahagia bila dapat mengajak mereka untuk ke gereja seminggu sekali, duduk manis memuji Tuhan dan mendengarkan segala khotbah dari pendeta. Tapi selanjutnya apakah Saudara mengikuti kegiatan anak cucumu di sekolah, setelah pulang sekolah, pergaulannya dengan teman, kegiatannya di luar jam sekolah, dan apakah tahu kalau anakmu ikutan main game online? Karena bagi anak-anak muda zaman now aktivitas main game online merupakan trend level dunia, ada iming-iming bisa mendapatkan uang kalau berhasil menjadi jagoan dan dapat menjual figur jagoan yang dimainkan, atau bisa menjadi joki atau game boosting bagi orang lain.

Saudaraku, jangan mengira kalau anak-anak atau cucu-cucu perempuanmu tidak ikutan main game online. Ada artikel di www.sciencedirect.com/science/ yang menyebutkan highlight penelitian terhadap game online ternyata: Valensi,  yang berarti kekuatan atau kapasitas, dan motivasi berprestasi lebih relevan bagi pemain perempuan dibandingkan pemain laki-laki. pemain perempuan tampak lebih bersemangat untuk membuktikan diri dalam permainan berperingkat dan karena itu lebih kompetitif dibandingkan pemain laki-laki. Budaya dalam game juga menjadi dimensi relevan yang mempengaruhi partisipasi perempuan, secara keseluruhan, budaya beracun seperti esports tampaknya sangat cocok untuk menutup kesenjangan gender.

Sekali lagi aku mengingatkan kita semua untuk selalu mengingat nasihat Rasul Paulus:  “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” (1 Korintus 15:33). 

Saudaraku, tolong ingatkan anak cucumu yang kecanduan game online, ini semua hanya tipu muslihat iblis untuk menjerumuskan generasi muda, bukan membina generasi muda. Ini sudah menjadi gangguan kejiwaan, Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) yakni kelainan di mana orang memiliki pikiran, ide, atau sensasi (obsesi) yang berulang dan tidak diinginkan, jadi penderitanya selalu merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu secara berulang-ulang (kompulsif). Kalau tidak bisa mengontrol diri lagi, ya hidup di dunia lamunan fantasi, seperti 3 anak orang kaya di Surabaya yang iseng jadi koboi jalanan. (Surhert).

Renungan Lainnya