Knowing God and Serving the True God

Knowing God and Serving the True God

PENYEMBAHAN. Sahabat, kata Yunani di Perjanjian Baru yang sering diterjemahkan sebagai “penyembahan” (proskuneo) memiliki makna “tersungkur di hadapan” atau “bersujud di hadapan.” Penyembahan merupakan sebuah sikap roh. Karena penyembahan merupakan kegiatan pribadi yang terjadi dalam diri seseorang, maka orang percaya menyembah Allah setiap saat, tujuh hari dalam seminggu.

Ketika orang-orang percaya secara resmi berkumpul bersama-sama dalam penyembahan, titik fokusnya harus tetap pada penyembahan pribadi kepada Allah. Bahkan sebagai bagian dari jemaat, setiap orang yang mengambil bagian harus menyadari bahwa ia sedang menyembah Allah secara pribadi.

Supaya bisa benar-benar menyembah Allah, kita harus memahami siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan. Satu-satunya tempat di mana Dia mengungkapkan diri-Nya sepenuhnya hanyalah di Alkitab. Penyembahan adalah ekspresi pujian dari hati yang terdalam kepada Allah, yang kita pahami melalui Firman-Nya. Jika kita tidak memiliki kebenaran yang dinyatakan di Alkitab, kita tidak mungkin mengenal Allah. Kita tidak mungkin bisa benar-benar menyembah-Nya.

Karena perbuatan yang tampak (lahiriah) bukanlah hal utama dalam penyembahan di kekristenan, tidak ada aturan mengenai apakah kita harus melakukannya dengan duduk, berdiri, tersungkur, diam, atau menyanyikan pujian dengan keras dalam penyembahan bersama. Hal-hal ini harus diputuskan bedasarkan kesepakatan jemaat. Yang paling penting justru apakah kita sudah menyembah Allah dalam roh (di dalam hati kita) dan kebenaran (di dalam pikiran kita) atau belum.

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab 1 Raja-raja dengan topik: “Knowing and Serving the True God (Mengenal dan Melayani Allah yang Sejati)”. Bacaan Sabda diambil dari 1 Raja-raja 18:20-46 dengan penekanan pada ayat  26. Sahabat, ratusan nabi Baal dan Asyera berdoa dengan sepenuh hati di gunung Karmel. Mereka menyembelih lembu dan mengadakan berbagai ritual dengan harapan sang Baal dan Asyera, dewa dan dewi kesuburan Kanaan, akan menjawab mereka dengan mengirimkan api dari langit. 

Mereka bahkan menoreh-noreh badan hingga darah bercucuran dari tubuh mereka. Begitulah ritual peribadatan mereka. Namun, segala upaya penyembahan mereka sia-sia belaka. Baal bukanlah Allah yang sejati. Ia tidak dapat berbuat apa-apa, sekalipun para pemujanya mengabdi kepadanya dengan sungguh-sungguh. 

Nabi Elia lalu menunjukkan kepada mereka, serta kepada seluruh Israel, bahwa hanya ADA SATU ALLAH  yang benar. KENALILAH DIA. Dialah yang pantas DISEMBAH  dan DIPUJA.

Sahabat, hingga saat ini, ada cukup banyak orang melakukan berbagai ritual peribadatan kepada sesuatu yang bukan Allah, dengan bersungguh-sungguh. Mungkin mereka melakukannya karena mengikuti warisan kepercayaan nenek moyang. Sebagian lain melakukannya karena ketidaktahuan, atau karena menjadi korban penyesatan. 

Yang jelas, itulah yang mereka ketahui dan yakini sebagai kebenaran. Ketika tidak ada PENGENALAN terhadap ALLAH yang SEJATI,  maka akan ada pemujaan terhadap berbagai objek lain sebagai pengganti-Nya. Kita tahu, semua itu sia-sia belaka.

Sahabat, sebagai orang-orang yang telah mengenal Allah, kita dipanggil untuk MEMBERITAKAN  nama-Nya. MEWARTAKAN  kasih-Nya melalui KATA  dan TINDAKAN, agar mereka juga dapat MENGENAL ALLAH yang SEJATI, dan beribadah kepada-Nya setulus hati. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 18?

Mari sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Mengenal dan melayani Allah yang sejati, itulah yang menjadikan hidup dan pelayanan kita berarti. (pg).

.

Renungan Lainnya