Ketika Seorang Suami CEMBURU

Ketika Seorang Suami CEMBURU

Sahabat, saya yakin kita sering membaca atau mendengar kata CEMBURU. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) cemburu adalah merasa tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung dan sebagainya; sirik: kurang percaya; curiga (dalam hubungan suami istri).

Cemburu adalah emosi kompleks yang menimbulkan rasa curiga, marah, takut, atau terhina. Cemburu bisa menyerang orang dari segala usia dan kerap mencuat  saat seseorang merasa terancam. Emosi negatif ini bisa memengaruhi hubungan sampai merusak kesehatan mental. Cemburu umumnya dikaitkan dengan hubungan percintaan pasangan. Tapi, perasaan ini bisa dialami saudara kandung yang berebut perhatian orangtua, sampai sesama rekan kerja yang mencoba mengesankan atasan.

Untuk lebih memahami topik tentang: “Ketika Seorang Suami CEMBURU”,  Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari  Bilangan 5:11-31 dengan penekanan pada ayat 25-31. Sahabat, mungkin ada diantara kita yang  terhenyak ketika membaca bahwa  Alkitab ternyata berbicara juga tentang hukum mengenai perkara cemburuan. Dalam Kitab Bilangan yang menjadi bacaan kita pada hari ini dituturkan tentang apa yang mesti dilakukan ketika seseorang suami  sedang cemburu.  Prosedur dan cara mendeteksinya dapat kita baca di ayat 25-31.

Hukum tersebut ditetapkan di tengah konteks umat Israel setelah keluar dari perbudakan di Mesir. Hukum tersebut disampaikan kepada bangsa Israel yang menganut budaya PATRIARKAT artinya laki-laki punya dominasi lebih kuat daripada perempuan, sehingga seorang suami dapat berlaku semena-mena terhadap istrinya.

Sahabat, dalam situasi seperti itu seorang suami bisa main hakim sendiri terhadap istrinya. Ia bisa menfitnah, memukuli,  bahkan membunuh istrinya karena cemburu. Demi menghindari situasi tersebut, hukum tentang perkara cemburuan tersebut muncul.

Dari bacaan kita pada hari ini kita bisa belajar bahwa Tuhan itu berpihak pada kaum perempuan (istri) sebagai kaum yang lebih lemah dan sering diperlakukan tidak adil. Tuhan ingin ada keadilan.

Selain itu,  kita belajar satu hal yang sangat mendasar bahwa masalah keharmonisan hubungan suami istri merupakan masalah yang penting, sehingga Tuhan sangat memerhatikannya. Untuk menyelesaikan perkara suami yang cemburu (curiga) dengan istrinya, perlu  diselesaikan bukan hanya oleh kedua belah pihak, tetapi juga melalui keterlibatan seorang imam.

Sahabat, perlu saya garis bawahi bahwa kita juga dapat satu pelajaran yang penting bahwa Tuhan sejak awal sangat memerhatikan masalah kesetaraan antara kaum laki-laki dan perempuan.


Bagi kita sebagai orang percaya yang hidup pada masa kini, kita juga perlu menyadari bahwa masalah keharmonisan hubungan suami istri itu sangat penting dan serius karena dampaknya tidak hanya terkait  pada ketenteraman hidup sepasang suami istri, tetapi juga pada anak,  keluarga besar, dan gereja.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pengalamanmu pribadi,  kalau ada masalah dalam keluargamu, bagaimana cara kamu menyelesaikannya? Apa kamu pernah melibatkan gerejamu (cq. Gembala Jemaat) untuk ikut menyelesaikannya? Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati. (pg).

Renungan Lainnya