Ketika Para Pemimpin LUPA DARATAN

Ketika Para Pemimpin LUPA DARATAN

Allah senantiasa menunjukkan keberpihakan-Nya untuk membela kaum marginal. Karakter Allah ini tampak dalam teladan Kristus yang hadir menyapa dan melayani mereka yang dianggap lemah, hina, dan rendah dalam tatanan sosial. Karena itu, karakter Kristus seharusnya tampak dalam cara berpikir, sifat, dan perilaku kita sebagai murid Kristus. Berlaku adil dan peduli terhadap kaum lemah yang ditindas harus menjadi salah satu prinsip kebenaran Allah yang patut dikedepankan.

Sahabat, di tengah kehidupan berbangsa yang penuh dengan kecurangan, korupsi, dan ketidakadilan, kita semakin ditantang, jika kita diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam segala tataran, kita tidak menjadi lupa daratan.

Untuk lebih memahami topik tentang: “Ketika Para Pemimpin LUPA DARATAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 82:1-8. Sahabat, Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa daratan. Ketika Mazmur 82 ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tetapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang). Mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ulangan 25:1).

Pada kenyataannya, ada hakim yang memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak hidup dalam takut akan Allah (ayat 5)?

Sahabat, itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para “allah” untuk menghakimi mereka. Istilah “allah” dengan huruf kecil bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang menjadi wakil Allah. Istilah itu merupakan sindiran keras terhadap mereka yang memegang kekuasaan. Mereka mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Karena kecongkakan mereka, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Mereka akan dihempaskan Allah karena menyalahgunakan wewenang yang diberikan-Nya.

Mazmur 82 ditutup dengan permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya membela kaum lemah dan papa (ayat 3-5). Pemazmur memohon agar Allah menghajar para pemimpin yang bertindak sewenang-wenang (ayat 8). Doa Pemazmur menunjukkan Allah tidak menutup mata atas segala kejahatan yang terjadi di dunia. Karena Ia adalah Hakim yang adil.

Menjadi pemimpin merupakan anugerah Tuhan. Karena itu ketika Sahabat menjadi pemimpin, jangan lupa daratan. Seorang pemimpin perlu memberikan contoh yang baik dan senantiasa mengevaluasi dirinya. Janganlah menjadi pemimpin yang zalim karena Allah akan menuntut pertanggungjawaban kita berdasarkan perbuatan. 

Jika Sahabat adalah seorang pemimpin, baik dalam keluarga, pekerjaan, pemerintahan, maupun di mana saja, pastikan bahwa Sahabat  senantiasa bersikap benar di hadapan Allah dan sesama. 

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, tolong bagikan pemahamanmu tentang karakter seorang pemimpin yang berkenan di hati Tuhan. Selamat sejenak merenung. Tuhan memberkati dan menolong. (pg)

Renungan Lainnya