Sahabat, penggalian arkeologi di Semenanjung Arab telah mendorong dilakukannya satu penelitian tentang bagaimana Homo Erectus, suatu spesies manusia purba, membuat peralatan dan bagaimana mereka memanfaatkan sumber alam.
Ternyata, mereka menggunakan “strategi minimal usaha” untuk bertahan hidup. Strategi bertahan hidup ini kemudian menjadi masalah besar ketika lingkungan tempat mereka hidup berubah. Dr. Ceri Shipton dari Australia National University mengatakan, bahwa mereka tampaknya tidak mengembangkan diri mereka sendiri. Ia mengatakan, untuk membuat perkakas batu, mereka hanya menggunakan batu apa saja yang dapat mereka temukan tergeletak di sekitar tempat tinggal mereka, yang sebagian besar berkualitas rendah dibandingkan dengan batu yang digunakan oleh manusia di peradaban setelahnya.
Menurut para peneliti dari hasil penggalian arkeologi di Semenanjung Arab, manusia purba Homo Erectus mengalami kepunahan dikarenakan mereka MALAS, tidak berupaya untuk berkembang maju.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Amsal dengan topik: “KESUKSESAN malas BERSAHABAT dengan Si PEMALAS.”. Untuk itu Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Amsal 12:20-28 dengan penekanan pada ayat 24 dan 27. Sahabat, KESUKSESAN sangat senang MENDATANGI orang yang mau bekerja keras. Kesuksesan malas bersahabat dengan Si Pemalas.
Orang-orang hebat yang ada di dunia ini adalah tipe orang yang rajin dan pekerja keras. Kesuksesan yang diraihnya adalah akibat dari ketekunan dan hasil perjuangan yang tidak mengenal lelah, bukan datang seperti durian runtuh, tetapi melalui proses yang panjang. Tidak ada dalam kamus hidupnya berpangku tangan sepanjang hari.
Sahabat, kadang kita memang tidak bisa mencegah rasa malas menyerang, namun kita dapat menolak untuk berkompromi. Kalau kita kompromi, apa yang orang lain percayakan atau apa yang harus kita kerjakan jadi tertunda atau bahkan gagal. Bukan karena tugas itu sulit atau waktu yang diberikan kurang, namun karena kita sendiri yang bermasalah.
Penulis kitab Amsal menuliskan sebuah kalimat bijak bahwa orang yang malas tidak akan pernah menangkap buruannya (ayat 27). Bagaimana bisa meraih cita-cita kalau tidak ada sesuatu hal yang berharga dilakukan dengan serius.
Sebaliknya, dinyatakan disana bahwa orang yang rajin akan memperoleh apa yang dikejarnya bahkan bisa apa saja yang diperolehnya melebihi apa yang sebelumnya diukurkan. Orang malas akan selalu kehabisan waktu, sebaliknya, mereka yang rajin akan selalu menjadikan seluruh waktunya teramat berharga.
Tuhan sudah menyediakan rezeki bagi kita, namun kita perlu rajin mengupayakannya. Mari kita berjuang untuk menjadi pribadi yang rajin sehingga Tuhan dan sesama senang dengan kinerja kita dan kesuksesan senang bersahabat dengan kita. Haleluya!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 24?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 27?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Seorang pemalas enggan untuk membajak dan menabur, akibatnya ia tidak akan menuai apa-apa ketika musim penuaian tiba. (pg).