Seorang pemuda menulis WA kepada saya, “Om Paul, renungannya bagus-bagus. Saya senang, setiap pagi saya baca bahkan saya bagikan kepada beberapa sohibku. Tapi Om … Bacaan Sabdanya jangan panjang-panjang.”.
Sahabat, pernahkah kita sungguh-sungguh merenungkan, apakah kita benar-benar mengasihi Tuhan? Apakah setiap pagi kita rindu dan haus akan firman-Nya? Apakah kita merindukan Tuhan dan ingin bertemu dengan-Nya melalui doa-doa dan pembacaan firman-Nya? Berapa lamakah saat teduh yang kita luangkan untuk Tuhan? Adakah kita merasakan kerinduan pada Tuhan seperti kita merindukan kekasih atau keluarga kita?
Untuk lebih memahami topik tentang: “ KERINDUAN kepada TUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 84:1-13 dengan penekanan pada ayat 11 dan 12. Sahabat, Pemazmur dalam Mazmur 84 menunjukkan betapa besar kerinduannya bisa hadir dan berdiam di rumah Tuhan. Dikatakan, orang yang berhasarat mengadakan ziarah (mencari Tuhan atau merindukan Tuhan) adalah manusia yang berbahagia karena kekuatannya berasal dari Tuhan (ayat 6).
Karena kekuatannya berasal dari Tuhan, maka dia tidak takut ketika dalam perziarahannya dia harus melintasi lembah Baka. Dikatakan mereka berjalan makin lama makin kuat (ayat 7-8)
Sahabat, kerinduan itu semakin dipertegas melalui suatu perbandingan bahwa satu hari berada di rumah Tuhan jauh lebih baik daripada seribu hari di tempat lain (ayat 11). Bahkan bukan hanya manusia, burung pipit pun rindu dan memilih hidup di dekat mezbah Tuhan (ayat 4).
Merindukan rumah Tuhan sama saja artinya merindukan Tuhan itu sendiri. Karena pengertian rumah mengacu kepada kondisi kehadiran Tuhan. Hanya dalam rumah Tuhan, umat bisa menumpahkan segala kerinduannya kepada Tuhan. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Tuhan dan rumah-Nya begitu dirindukan? Jawabannya karena kasih dan kebaikan Tuhan. Kasih dan kebaikan-Nya akan menerangi hidup umat dan menjadi perisai yang melindungi mereka dari segala mara bahaya (ayat 12).
Sahabat, ungkapan kerinduan yang disampaikan oleh pemazmur ini merupakan salah satu ekspresi cintanya kepada Tuhan. Jika tidak ada cinta, mana mungkin ada rindu. Jika kita sungguh-sungguh mencintai Tuhan, pasti ada rasa rindu kepada Dia dan rumah-Nya. Apakah Anda pernah begitu merindukan Tuhan?
Kerinduan yang mendalam kepada Tuhan akan mendorong setiap orang untuk hidup semakin dekat kepada-Nya. Jika dalam hati kita tidak memiliki cinta yang besar kepada Allah, maka jangan berharap akan sungguh-sungguh merindukan-Nya. Karena itu, marilah kita bangkitkan rasa cinta yang tulus kepada Tuhan. Perasaan cinta dapat timbul di hati kalau seseorang mengerti besarnya kebaikan dan kasih Allah dalam hidupnya.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, Sahabat, ceritakanlah secara singkat pengalamanmu sendiri, apakah kamu pernah merasakan kerinduan kepada Tuhan? Apa saja yang kamu lakukan agar kerinduanmu pada Tuhan dapat terobati? Selamat sejenak merenung. Mari kita berdoa, “Bapa, penuhilah hati kami dengan rasa cinta dan rindu kepada-Mu!” (pg)