Kerendahan Hati Mendahului Kehormatan

Kerendahan Hati Mendahului Kehormatan

Saudaraku, mari kita membaca dan merenungkan Amsal 18:12.

Di sebuah kota modern, hidup seorang pria bernama Jeresh. Dia adalah seorang pengusaha sukses dan sangat bangga dengan pencapaiannya. Dalam setiap pertemuan, dia selalu berbicara tentang kekayaan dan kesuksesannya, menganggap bahwa semua orang di sekitarnya harus menghormatinya. Dalam kesehariannya, Jeresh seringkali memandang rendah orang-orang disekitarnya. Jeresh berpikir tidak ada orang lain sebaik dirinya, sehingga dia tidak membutuhkan bantuan siapapun.

Namun tiba-tiba ada satu kejadian yang membuat bisnisnya mengalami masalah besar. Kesombongannya membuat Jeresh enggan mendengarkan nasihat orang lain. Dia mengabaikan peringatan dari rekan-rekannya dan tetap berpegang teguh pada caranya sendiri. Akibatnya, perusahaannya bangkrut. 

Setelah jatuh, Jeresh mulai berubah. Dia belajar mendengarkan orang lain, mengakui kelemahannya, dan mulai bekerja keras dengan sikap yang lebih rendah hati. Perlahan-lahan, dia mulai bangkit kembali, namun kali ini dengan sikap yang mau menghargai orang-orang di sekitarnya, bukan karena kekayaannya, tetapi karena kerendahan hatinya.

Kisah Jeresh mengajarkan kita bahwa kesombongan hanya akan membawa kehancuran. Tuhan memandang kerendahan hati sebagai jalan menuju kehormatan. Ketika kita bersikap rendah hati, kita membuka pintu bagi Tuhan untuk bekerja dalam hidup kita dan mengangkat kita pada waktunya.

Kerendahan hati tidak berarti kita memiliki kualitas diri yang rendah, tetapi kita mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan dan bukan dari kemampuan kita sendiri. Hanya dengan sikap kerendahakan hati, kita bisa mendapatkan kehormatan sejati dari Tuhan.

Dalam kehidupan, kita sering melihat bagaimana orang yang penuh dengan kesombongan, jatuh ke dalam kehinaan. Sebaliknya, orang yang rendah hati sering kali berakhir dengan kehormatan yang lebih besar, meskipun awalnya mereka mungkin tidak terlihat menonjol.

Saudaraku, Amsal 18:12 mengingatkan kita untuk menjadi orang-orang yang rendah hati, sekalipun ada banyak alasan untuk kita memegahkan diri di depan orang-orang yang tidak sebanding dengan kita.

Yesus adalah teladan sejati akan kerendahan hati. Dia adalah Tuhan, yang mau menjadi manusia. Seberapa pun beratnya menjadi manusia, Yesus tetap dengan rendah hati menyelesaikan semua misinya di dunia ini. Banyaknya orang yang tidak percaya, menghina-Nya, melecehkan-Nya, bahkan menyalibkan-Nya, tidak membuat Yesus memegahkan diri, dan membalas dengan cara yang sama orang-orang yang telah berbuat jahat kepada-Nya.

Refleksi : 

Mungkin saat ini kita sedang diberkati oleh Tuhan dengan kekayaan, kesehatan, jabatan yang tinggi, mari kita belajar untuk terus rendah hati, dengan tidak memandang rendah orang-orang yang ada di bawah kita.

Atau justru kita sedang berada di posisi terendah dalam hidup kita,  banyak orang mungkin menghina kita, tidak menganggap kita, mengabaikan, kita. Mari kita tetap berteladan kepada Yesus. Sekalipun sulit, kita harus tetap percaya bahwa Tuhan adalah Allah yang adil, yang tidak akan selamanya membuat kita dalam situasi yang sama. 

Mari kita selalu ingat, Ketika Tuhan melepaskan kita dari masa yang sulit, jangan pernah membalas orang-orang yang telah menghina bahkan mengabaikan kita. Tetap menjadi orang yang rendah hati, tetap mau menolong orang-orang disekitar (termasuk orang-orang yang telah berbuat jahat kepada kita).

Pesan:

Bagi Bapak, Ibu, kakak, adik, dan anak-anak yang ingin belajar musik dan vokal, silakan bergabung dengan Sekolah Musik Christopherus. Hubungi HP.: 081292081227.  (Inthan). 

Renungan Lainnya