Kejadian Kecil Bernilai Besar

Kejadian Kecil Bernilai Besar

Saudaraku, dalam perjumpaan kali ini  mari kita membaca dan merefleksikan Amsal 11:3: “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya

Sore itu, setelah late lunch with family – ini hal yang sering kulakukan bersama keluargaku, karena hari Sabtu aku pulang kerja jam 14.30, biasanya aku melewatkan makan siang di kantor dan memindahkannya sepulang kerja bersama keluarga; kuputuskan mampir supermarket untuk membelikan Kensa, jajanan kesukaannya. Sudah sejak beberapa hari yang lalu dia merengek memintanya. Tapi selalu kutahan karena dia masih batuk. Sore ini batuknya masih ada, tapi melihat nafsu makannya yang berkurang, aku berniat untuk memberinya “hadiah”, yaitu meluluskan keinginan Kensa untuk makan jajanan kesukaannya tersebut.

Di supermarket ini, seperti biasanya jiwa perempuanku bergejolak. Niat belanja jajanan, ujung-ujungnya jadi penuh juga keranjang belanjaan karena melihat banyak barang promo di akhir bulan., hehe. Lalu segera setelah terambil semua barang yang kami inginkan, aku bergegas ke kasir untuk membayar.

Karena sudah cukup familiar dengan supermarket ini, sambil menghitung belanjaan, Mbak kasir sesekali menawarkan promo-promo lain yang sedang berlaku di minggu itu. Pada batas pembelian tertentu, aku bisa tebus murah barang-barang yang ditawarkan. Jujur, aku tidak tertarik karena memang tidak ada yang kubutuhkan. Sampai akhirnya dia menawarkan dua bungkus biskuit Oreo seharga Rp 12,500. Saat kutanya anak-anak, mereka tidak menolak. Jadilah kuambil tawaran Mbak kasir tersebut. 

Setelah semua terbayar, kami segera beranjak keluar dari toko. Karena tidak membawa kantong belanja (dan aku tidak mau pakai kantong plastik), TOKO meminjamkan keranjang belanja supaya kami bisa membawa barang belanjaan kami dan memindahkannya ke mobil. SELESAI. Kami segera berlalu dari toko dan pulang. 

Dalam perjalanan pulang setelah berbelanja aku punya kebiasaan melihat nota setelah berbelanja. Bukan untuk melihat harga tapi untuk memastikan bahwa semua belanjaan lengkap, tidak ada yang kurang atau pun lebih. Tapi sore ini, karena ngobrol di sepanjang perjalanan, sudah hampir tiba di rumah baru kulihat lagi nota belanja, dan kudapati bahwa item Oreo tidak ada di nota tersebut! 

Menyadari hal itu, kuminta Kakak Damai untuk meneliti ulang dan memang tidak item Oreo tercantum di nota. Aku cek ulang belanjaan, dua buah Oreo itu sudah ada. Duh! Yang bikin Duh itu sebenarnya adalah karena satu belokan lagi kami akan tiba di rumah. Jarak rumah dengan toko sekitar 3 km. Hmmm. Anak-anak mulai melihatku dan bertanya, “Trus bagaimana?”

Melihat raut anak-anakku, aku tahu, ini saat yang tepat untuk mengajar mereka sebuah pelajaran baru. Kukatakan kepada mereka: “Kita kembali ke toko sekarang, kita bayar Oreo ini karena memang belum dibayar. Harus kembali sekarang karena jika ditunda-tunda dengan alasan besok juga akan lewat toko itu lagi, karena bisa jadi kita justru akan lupa dan pada akhirnya mbak kasir harus nombok untuk kekurangan pembayaran barang ini”

Kujelaskan juga kepada mereka, betapa berharganya uang sebesar Rp 12,500 itu. Kujelaskan kepada mereka pelajaran Kejujuran, meskipun bukan kami yang menyebabkan kesalahan itu terjadi. Meski pun kesalahan itu disebabkan oleh keteledoran si mbak kasir di toko. Kuajarkan kepada mereka, bahwa Jujur dan Kejujuran adalah tentang mengerjakan kebenaran meskipun tidak ada seorang pun yang mengetahui atau mempedulikannya. Dan jika kami tidak jujur, akan ada orang lain yang dirugikan dan menderita, contohnya Mbak kasir di toko tadi harus mengganti harga Oreo yang belum terbayar. Aku bersyukur, anak-anakku memahami dan bisa menangkap pelajaran yang kusampaikan ini. Sehingga mereka tidak komplain, bahkan ingin bersegera untuk kembali ke toko. 

Setiba di toko kebetulan si mbak kasir yang tadi melayani kami sedang berada ruangan lain. Jadi kujelaskan kepada penjaga toko yang ada saat itu. Dia mengecek ulang kepada Mbak kasir yang kemudian mengiyakan karena memang item tersebut belum ter-input di nota pembelian. Dia mencetak nota baru senilai harga dua buah oreo tersebut, sambil memberikan satu bungkus Oreo baru kepadaku sebagai permintaan maaf sekaligus terima kasihnya. Kutolak dengan halus pemberiannya dan memberikan uang yang harus kubayar. Dia mengulurkan uang kembalian kepadaku sambil berkata: “Matur nuwun sanget Bu…” Sambil meletakan tangannya di dada dan menundukkan badannya kepadaku. 

Tiba- tiba hatiku terasa sangat adem dan penuh sukacita. kejadian kecil yang bernilai besar sore itu menyirami hatiku dengan rasa syukur. Terima kasih Tuhan untuk setiap pelajaran baik yang terus Engkau tambahkan. (Novi Reksanto)

Renungan Lainnya