KEAJAIBAN MENDENGARKAN

KEAJAIBAN MENDENGARKAN

Saudaraku, seumur hidup manusia perlu untuk terus belajar mendengarkan.  Mendengar dan mendengarkan memiliki makna yang sedikit berbeda walau melibatkan indera fisik yang sama, yaitu telinga.  Mendengar merupakan proses pasif yang tidak membutuhkan perhatian, sedangkan mendengarkan merupakan proses aktif yang disengaja yang melibatkan emosi.  Yesus adalah pribadi yang mendengarkan.  Mari kita merenungkan Lukas 2 : 41-51.

Saat Yesus ditemukan kembali oleh orangtuanya, Ia sedang duduk bersama para orang dewasa di halaman Bait Allah tempat para lelaki biasa berdiskusi tentang hal agama bersama para imam.   Minat-Nya kepada hal rohani cukup besar. 

Kalau kebanyakan anak lelaki remaja yang pertama kali ke Yerusalem cukup puas untuk mengikuti ritual dan ibadah bersama para lelaki dewasa lainnya, Yesus tidak.  Yesus  bahkan sengaja berkumpul untuk mendengarkan dan bertanya.  Yesus adalah pembelajar yang aktif dan cerdas (Lukas 2 : 47).  Ada dua hal yang menarik dari Yesus saat ia ‘hilang’ di Bait Allah, yaitu :

  1. Yesus ditemukan sedang MENDENGARKAN para ulama

Karena Yesus juga pribadi yang Ilahi, Yesus yang masih remaja bisa saja menyerang pendapat para ulama itu.  Namun Yesus mendengarkan dan memberi sikap positif kepada mereka.  Walau Yesus cerdas, ia tidak merendahkan para ulama dan bahkan belajar dari mereka.  Tidak banyak orang cerdas yang mau mendengarkan pendapat orang lain apalagi dari mereka yang memiliki tingkat intelektual yang lebih rendah.  Yesus mendengarkan dengan baik.

  • Yesus MENDENGARKAN teguran orangtuanya

Saat Yesus ditemukan kembali, Bu Maria menegur Anaknya dan menyatakan kekhawatirannya.  Yesus remaja mendengarkan orangtuanya dan meninggalkan kesukaan-Nya untuk berdiskusi lalu kembali ke Nazaret (Lukas 2 :51).  Walau Yesus sempat menyatakan komentar namun Yesus mengikuti orangtua-Nya dengan taat.  Yesus memilih untuk mendengarkan dan tunduk kepada mereka.

MENDENGARKAN  memang membutuhkan kerendah hatian dan Yesus adalah figur sempurna dalam hal ini. Mendengarkan menunjukkan kualitas sebuah hubungan dari dua pihak yang berbeda karena tindakan ini muncul dari sikap respek.  Mereka yang tidak pernah mau mendengarkan, sebenarnya ia sedang dalam krisis respek kepada orang lain.  Keengganan seseorang untuk mendengarkan membuat hubungan dengan pribadi yang lain menjadi buruk dan berimbas kepada kesehatan mental.

Demikian juga hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Ketika umat krisis respek, mereka mulai tidak mendengarkan.  Tuhan menegur mereka yang tidak mau mendengarkan sebagaimana Kitab Maleakhi 2:2 berkata “Jika kamu tidak mendengarkan dan jika  kamu tidak memberi perhatian untuk menghormati namaKu, maka aku akan mengirimkan kutuk diantaramu … “

Betapa penting seseorang untuk mendengarkan Allah dan sesamanya.  Mendengarkan berguna untuk orang lain dan terlebih untuk diri sendiri.  Mari terus belajar untuk melakukannya.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya