Saudaraku, manusia memandang Yesus sebagai pribadi yang Maha Kasih sehingga Yesus dianggap sebagai pribadi yang permisif dan lunak terhadap dosa. Kisah dalam Yohanes 8 sering diambil sebagai contoh sikap permisif Yesus. Benarkah demikian? Mari membaca dan merenungkan kembali Yohanes 8: 1-11.
Saat Yesus diminta mengadili perempuan yang tertangkap basah sedang berzinah, Yesus hanya diam dan bahkan tidak memberikan hukuman kepada tersangka. Benarkah Yesus selunak itu terhadap dosa serius seperti perzinahan ini ? Beberapa hal yang perlu dipikirkan ulang dalam kasus ini yaitu:
- Posisi Yesus sebagai seorang guru.
Hukum tentang perzinahan sangat jelas dan tegas. Di dekalog, larangan perzinahan masuk dalam hukum yang ketujuh (Keluaran 20:14) dan selanjutnya dalam Imamat 20:10 dijelaskan: “Bila seorang laki-laki berzinah dengan isteri orang lain, yakni berzinah dengan isteri sesamanya manusia, pastilah keduanya dihukum mati, baik laki-laki maupun perempuan yang berzinah itu.” Maka mustahil bila Yesus lunak terhadap dosa perzinahan yang dilakukan perempuan itu karena sebagai seorang guru, Yesus tetap memijakkan ajaran-Nya di atas Taurat.
- Alasan penolakan Yesus untuk menghukum perempuan itu.
Perzinahan adalah dosa serius namun Yesus tidak menghukum perempuan itu karena beberapa hal alasan dibalik diseretnya perempuan itu di depan-Nya.
a. Ada sisi tidak adil yang terjadi karena dalam kasus ini terjadi peradilan yang berat sebelah karena semua beban dosa itu dilimpahkan ke pundak pelaku perempuan saja, tidak ke pelaku laki-laki yang tak diketahui rimbanya.
b. Motivasi dengki para ahli Taurat dan Farisi membawa kasus itu kepada Yesus. Penulis Yohanes menyebutkan bahwa alasan ahli Taurat dan Farisi menghadapkan kasus itu adalah untuk mencari kesalahan Yesus. Jelas kondisi ini sangat subyektif dan rawan diarahkan ke pengadilan massa. Itulah sebabnya Yesus tak memberikan respons kepada desakan para elit rohani itu.
- Yesus tetap bersikap tegas Yesus terhadap dosa perempuan itu.
Dialog Yesus di akhir perikop ini menjelaskan sikap Yesus kepada sang perempuan: “Aku juga tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi.” (Yohanes 8:11 versi Terjemahan Sederhana Indonesia).
Yesus tahu perempuan itu bersalah maka Yesus mengingatkan dengan tegas untuk ia tidak mengulang lagi dosa yang dilakukannya sejak saat itu. Penulis Yohanes menunjukkan bagaimana Yesus memandang hukum bukan untuk menghancurkan namun untuk memulihkan perempuan itu secara utuh. Ini menunjukkan Yesus tidak permisif terhadap dosa sang perempuan.
Tuhan adalah Allah yang penuh kasih namun juga Hakim yang adil. Maka manusia harus menyadari betapa besar anugerah pengampunan dan penyelamatan dalam Kristus Yesus sehingga berjuang untuk hidup dalam kebenaran sesuai Firman Tuhan dalam kasih.
Rasul Paulus yang mengatakan: “Hidup ini yang saya hayati sekarang adalah hidup oleh iman kepada Anak Allah yang mengasihi saya dan yang telah mengurbankan diri-Nya untuk saya.” (Galatia 2:20 versi BIS).
Saudara, Allah Maha Kasih namun TAK PERMISIF DENGAN DOSA. Mari belajar untuk menghargai kasih-Nya yang besar dengan hidup dalam kekudusan. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)