JANJI tinggal JANJI

JANJI tinggal JANJI

Sahabat, mungkin ada yang pernah membaca atau mendengar kata “ONGAESHI”. Dalam bahasa Jepang Ongaeshi berasal dari kata “On” yang berarti kebaikan, dan  “-gaeshi” yang berarti mengembalikan.

Ongaeshi merupakan konsep balas budi dalam budaya Jepang. Orang Jepang merasa berutang budi atas segala kebaikan yang diterimanya. Kalau ada orang Jepang yang sakit, umumnya mereka tak mau ditengok. Alasannya, ada kewajiban moral bagi si sakit atau keluarganya untuk membalas kunjungan itu.

Tapi berbeda dengan cerita yang terdapat dalam Alkitab. Yusuf sudah membantu mengartikan mimpi  kepala juru minuman Raja Firaun yang ditahan bersamanya.  Yusuf berharap ketika kepala juru minuman itu dikembalikan kepada pangkatnya yang semula, dia akan mengingatnya, dan menolong dia sehingga dapat dikeluarkan dari rumah pengurungan. Akhirnya juru minuman  dilepaskan dari penjara dan mendapatkan pekerjaannya lagi seperti posisinya semula, tapi ternyata dia melupakan Yusuf, janji tinggal janji.

Untuk lebih memahami topik tentang: “JANJI tinggal JANJI”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 40:1-23 dengan penekanan pada ayat 23. Sahabat, Kepala pengawal menempatkan Yusuf di penjara bersama juru minuman dan juru roti Firaun (ayat 4). Mereka ditahan karena membuat kesalahan terhadap tuannya, raja Mesir (ayat 1)

Selama di penjara, Yusuf merupakan orang yang dapat dipercaya. Hal itu membuat kepala pengawal raja meminta Yusuf untuk melayaninya. Dia pun melakukan tugasnya dengan baik.

Suatu ketika, juru minuman dan juru roti bermimpi (ayat 6-7), namun tidak ada yang bisa mengartikannya. Hal tersebut sangat menggusarkan mereka. Karena pada masa itu, mimpi sering dihubungkan sebagai pertanda bahwa sesuatu akan terjadi di dunia nyata.

Yusuf mendengar kisah mereka. Dia pun mengartikan mimpi tersebut. Namun, itu semua bukan karena kehebatannya, tetapi Allah yang menyingkapkan arti mimpi tersebut (ayat 8). Setelah diartikannya mimpi itu, Yusuf berpesan, “Tetapi, ingatlah kepadaku kalau keadaanmu telah baik” (ayat 14).

Maka terjadilah sebagaimana arti mimpi itu (ayat 20-21). Tetapi di bagian akhir dari Kejadian 40, kita tahu bahwa juru minuman raja ternyata melupakan Yusuf. Walaupun, dia sudah kembali ke posisinya (ayat 23). Janji tinggal janji.

Sahabat, pikiran manusia berbeda dengan pikiran Allah. Pikiran kita seringkali mengharapkan suatu kehidupan yang lebih baik. Tetapi nyatanya, rancangan kita berbeda dengan kehendak Allah. Realitas kerap tidak sesuai dengan harapan.

Oleh karena itu, kita harus terbuka dalam pembentukan Allah. Ketika dalam kesulitan, kita harus belajar peka karena pada saat itulah, kita perlu bertanya kepada Allah apa yang menjadi keinginan-Nya, sehingga kita tidak larut dalam kekecewaan. Sebaliknya, kita beroleh kekuatan dan sukacita, sekalipun dalam penderitaan.

Dari hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Hikmat apa yang Sahabat dapatkan dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang diharapkan Yusuf dari juru minuman Raja Firaun? (ayat 14-15)

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kadangkala Tuhan mengizinkan seseorang melupakan janjinya kepada kita, supaya kita dapat belajar menaruh harap hanya kepada-Nya. (pg).

Renungan Lainnya