JANJI: Hutang yang harus DIBAYAR

JANJI: Hutang yang harus DIBAYAR

Sahabat, pengalaman kita dalam hidup bermasyarakat bercerita bahwa salah satu perhelatan yang penuh dengan JANJI  adalah KAMPANYE PEMILU.  Para kandidat berjanji untuk berjuang membela kepentingan rakyat kecil. Tetapi setelah terpilih, ternyata ada cukup diantara mereka yang berjuang hanya untuk kepentingan partai atau diri sendiri. Janji tinggal janji. Padahal, KUALITAS KARAKTER seseorang teruji ketika ia sanggup MEMENUHI JANJI.

Apa itu janji? Janji adalah sebuah kontrak psikologis yang menandakan transaksi antara 2 orang atau lebih di mana orang pertama mengatakan pada orang kedua untuk memberikan layanan maupun pemberian yang berharga baginya sekarang dan akan digunakan maupun tidak. Janji juga bisa berupa sumpah atau jaminan. Janji adalah suatu kesanggupan untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dalam usaha untuk mendapat kepercayaan. Janji dapat diucapkan maupun ditulis sebagai sebuah kontrak (Wikipedia).

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat.  Maka dapat disimpulkan bahwa janji merupakan hutang yang harus dibayar.

Untuk lebih memahami topik tentang: “JANJI: Hutang yang harus DIBAYAR”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Kejadian 44:18-34 dengan penekanan pada ayat 33. Sahabat, Yehuda tergolong orang yang memenuhi janji. Ia berani mengambil risiko untuk melindungi Benyamin, adiknya. Ia maju untuk menghadapi Yusuf ketika Benyamin akan dijadikan budak oleh Yusuf karena di dalam karungnya kedapatan piala perak Yusuf.

Ungkapan “Yehuda dan saudara-saudaranya” mengingatkan bahwa Yehuda adalah juru bicara untuk keluarga. Pernyataan Yehuda ini merupakan pembelaan terpanjang terhadap manusia di dalam kitab Kejadian dan merupakan salah satu pidato paling mengharukan di dalam Alkitab.

Sahabat, Yehuda tahu risiko yang dihadapinya karena melindungi adiknya. Ia tahu bahwa Yusuf bisa saja membunuhnya. Namun, Yehuda berani maju untuk membela keluarga dan memohon belas kasihan Yusuf.

Ini yang perlu kita garis bawahi, Yehuda telah berjanji kepada Yakub bahwa ia akan menjamin keamanan Benyamin. Sekarang Yehuda punya kesempatan untuk menepati janji itu. Menjadi budak adalah nasib buruk, tetapi Yehuda bertekad untuk menepati janji kepada ayahnya. Ia menunjukkan keberanian yang luar biasa dalam melaksanakan janji. Bagi Yehuda, janji merupakan hutang yang harus dibayar.

Menepati janji berarti menjalankan apa yang telah dijanjikan secara bertanggung jawab dengan tekad dan keberanian, termasuk bila harus berkorban.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Nilai hidup apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 32-34?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Jika seseorang menyadari dan menginsyafi kesalahan, itu belum menunjukkan apa-apa. Kita butuh tindakan nyata sebagai pembuktian. Tindakan yang berubah, ini merupakan bukti bahwa manusia lama kita sudah tanggal. (pg).

Renungan Lainnya