IRONI EFEK LAZARUS

IRONI EFEK LAZARUS

Saudaraku, produk digital yang menguasai dunia membuat manusia sangat tergantung dengan dimensi visual.  Nyaris tak ada manusia yang mengabaikan sisi visual, mulai dari anak sampai dewasa.  Produk yang dibuat dan dipasarkan juga sangat mengutamakan sisi visual.  Makin menarik visualnya, makin tinggi harganya. Namun ini menjadi ironi manakala sisi visual dibiarkan menguasai dan menentukan sebuah kebenaran, termasuk dalam dunia rohani.    Mari renungkan Yohanes 12:9-11

Kisah kebangkitan Lazarus dari Betania menimbulkan efek yang sangat luar biasa sehingga mendadak Betania menjadi destinasi kunjungan  orang-orang yang mendengar kisah mukjizat itu.   Mukjizat itu begitu fenomenal sehingga membuat orang penasaran.  Mereka ke Betania tak lagi mencari pengajaran Yesus namun mulai mengarahkan perhatian kepada Lazarus.  Orang-orang ini menjadi percaya karena melihat sosok Lazarus yang bangkit, bukan karena pengajaran Yesus yang mengubah hati.

Ironi dari kisah singkat ini adalah kemunculan fenomena “Wisatawan Rohani”.

Wisatawan biasanya akan datang untuk melihat dan mengalami suasana tempat tertentu.  Mereka tidak menetap karena tujuan mereka adalah mengunjungi karena ada yang menarik minat mereka, biasanya adalah pengalaman visual.  Seperti para wisatawan itu, mereka yang datang ke Betania pasca mukjizat Lazarus bukan hanya untuk mendengarkan pengajaran Yesus Sang Pembuat Mukjizat, namun juga untuk melihat Lazarus yang sudah dibangkitkan.  Mereka menjadi percaya karena bertemu dengan sosok yang mengalami mukjizat, bagaikan teori yang telah terbukti.  

Mereka mengejar kepuasan batin namun tidak mengubah hidup dan prinsip mereka. Mereka tetap tidak berani membela Yesus yang saat itu sedang dicari untuk ditangkap (Yohanes 11:57). Orang-orang itu hanya berkunjung namun tidak  berani menghidupi Yesus Sang Mesias.  Mereka bagaikan wisatawan yang mencari fenomena dan puas dengan visual semata, sementara hidup dan prinsip mereka tetap sama.

Saudaraku manusia cenderung mencari pengalaman visual untuk menguatkan spiritualnya.  Hal itulah yang mendorong orang berbondong  datang ke Betania.  Namun hanya mengandalkan visual akan memiskinkan pengalaman spiritual dengan Allah.  Itu sebabnya Yesus mengatakan kepada Thomas :  “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yohanes 20:29).  

Saat ini manusia hidup dalam masa dimana visual menjadi faktor penting sebuah kebenaran. Namun manusia perlu menyadari bahwa Allah mampu bekerja dalam dimensi yang jauh lebih luas, melampaui dimensi visual.  Allah tidak terkurung dengan visual manusia, Allah bekerja dalam kreativitas dan dimensi yang tak terbatas.  

Saudaraku, mari belajar untuk memercayai pribadi Allah sebagai Maha segalanya walaupun mungkin tak ada mukjizat besar terjadi.  Untuk apa ada mukjizat kalau hati tidak tersentuh dengan pekerjaan-Nya dan mengenal pribadi-Nya?  Sesungguhnya MUKJIZAT TERBESAR adalah saat manusia mengenali Dia sebagai Tuhan dan Juru selamat-Nya.  Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)

Renungan Lainnya