Ibadah adalah ungkapan iman kita. Apakah artinya? Ibadah yang hidup terpancar dari iman yang dinamis, nyata, dan melewati pergumulan bersama dengan Allah. Adalah hal yang mulia untuk menghadirkan iman kita dalam setiap ibadah dan mengungkapkannya kepada orang-orang yang berada di sekitar kita.
Sahabat, bagaimana sikap hati kita saat memersiapkan diri dalam ibadah? Adakah kita berdoa memohon Tuhan untuk menyadarkan kita akan keberdosaan dan kebutuhan kita akan kasih anugerah-Nya? Atau pernahkah kita pergi beribadah dengan maksud untuk bisa memberi yang terbaik kepada Allah?
Untuk lebih memahami topik tentang: “IBADAH: Ungkapan Iman”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 24:1-10. Sahabat, Mazmur 24 mungkin dipakai dalam ibadah di bait Allah untuk merayakan Allah sebagai Raja, Pencipta alam semesta (ayat 1-2). Sebagai Raja, Allah berhak menuntut seluruh ciptaan-Nya, khususnya manusia, tunduk menyembah Dia dan taat pada firman-Nya.
Dalam tradisi Perjanjian Lama, Mazmur 24 adalah nyanyian bangsa Israel ketika mereka berjalan ke Gunung Sinai untuk beribadah kepada Allah. Mazmur 24 disusun dengan tatanan, misalnya: Pernyataan siapakah Allah, Pencipta semesta dan Raja yang berdaulat. Inilah Allah yang disembah orang Israel sehingga mereka tidak boleh memandang sebelah mata ibadah kepada Allah leluhur mereka. Karena itu, mereka perlu memersiapkan diri sebaik mungkin.
Sedangkan ayat 3-6 berperan sebagai pengujian diri, yaitu hal apa saja yang diharapkan Allah dari umat saat mereka datang menyembah-Nya. Mereka tidak boleh dicemari dengan motivasi atau niat yang cemar. Seluruh hidup mereka harus mencerminkan sifat Allah.
Prosesi perjalanan menuju Bait Allah akan membawa umat mencapai Pintu Gerbang Bait Allah di mana para imam akan berseru dari dalam: “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” dan umat akan menjawab dari luar gerbang, “TUHAN, jaya dan perkasa. TUHAN, perkasa dalam peperangan!” Sahut-menyahut ini diulang saat umat melihat pintu gerbang Bait Allah terbuka untuk menyambut orang-orang yang rindu berbakti kepada Allah (ayat 9-10). Sungguh sebuah cara yang megah untuk memulai ibadah!
Sahabat, puncak ibadah ialah undangan bagi Allah untuk bertaktha di bait-Nya yang kudus (ayat 7-10). Kemudian berkumandanglah paduan suara secara bersahut-sahutan, mungkin antara kaum Lewi dengan para imam dan diikuti oleh segenap umat yang ikut beribadah. Bayangkan kemegahan ibadah dan suara pujian yang menggema dan memancar keluar dari pelataran di mana umat berkumpul.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, bagikanlah pengalamanmu secara pribadi, apa yang Sahabat lakukan ketika akan mengikuti ibadah di gerejamu. Selamat sejenak merenung. Selamat Natal. Selamat mensyukuri untuk tahun baru 2022 yang telah Tuhan anugerahkan kepada kita. Tuhan memberkati. (pg)