Sahabat, Coba sejenak kita memeriksa penyembahan kita kepada Tuhan selama ini. Apakah hanya ritual, tanpa penghayatan sama sekali, atau sekadar memenuhi kewajiban?
Selain itu, Tuhan itu layak dipuji. Dia yang kudus, yang menguasai cakrawala, yang perkasa dengan segala kebesaran-Nya. Dengan apa kita memuji Tuhan? Tentunya dengan segala yang ada pada kita. Dengan tubuh kita, melalui harta kita, dengan sikap dan perbuatan kita. Melalui segala aspek kehidupan, kita diminta untuk memuliakan Tuhan.
Sesungguhnya Tuhan yang bertakhta di tempat kudus-Nya, juga berhak menerima sembah kita tanpa embel-embel apa pun, tanpa motivasi sampingan apa pun. Haleluya! Mari kita menyembah dan memuji Tuhan.
Untuk lebih memahami topik tentang: “HALELUYA! Mari kita MENYEMBAH dan MEMUJI TUHAN!, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 150:1-6. Sahabat, mengapa Mazmur terakhir ini mengajak umat untuk memuji Tuhan? Mazmur ini mau mengatakan bahwa memang Tuhan itu layak dipuji.
Ketika kita membaca Mazmur 150, kita dapat membayangkan betapa meriah dan megahnya pesta pujian yang diselenggarakan di dalam tempat ibadah. Pesta yang penuh semarak, sukacita, dan kegembiraan! Pesta yang menyuarakan kesyahduan dalam memuji Tuhan yang kudus dan kebesaran karya-Nya.
Sahabat, dinamika yang indah dalam puji-pujian tersebut bisa kita lihat dari berjenis-jenis alat musik yang digunakan. Ada tiupan sangkakala, gambus, dan kecapi; ada juga rebana, tari-tarian, permainan kecapi dan seruling. Ada ceracap yang berdenting dan berdentang (ayat 3-5). Di sana terdengar pujian yang penuh sukacita dan kesyahduan.
Coba simak, sang pemimpin ibadah dengan lantang dan penuh semangat terus mengajak umat untuk memuji Tuhan. Ia terus berseru, “Pujilah Allah … Pujilah Dia …” (ayat 1-5). Umat pun menanggapinya dengan penuh sukacita, menyanyikan pujian bagi Tuhan dengan iringan berbagai alat musik dan tarian.
Sahabat, melalui Mazmur 150 kita belajar bahwa aksi memuji Tuhan dapat kita nyatakan secara bebas melalui berbagai cara. Adanya berbagai alat musik tersebut menandakan bagaimana setiap orang dapat mengekspresikan luapan hatinya. Baik sukacita maupun kesyahduan menjadi dinamika ibadah yang bisa dihayati dan diekspresikan oleh umat. Kesempatan berekspresi ini sesuai dengan gerak yang ada di dalam hati setiap orang. Tidak ada yang membatasi. Dari situ kita sungguh-sungguh bisa merasakan betapa dahsyatnya kuasa pujian dalam nama Tuhan.
Selain itu dari Mazmur 150 kita juga belajar bahwa menyembah Tuhan merupakan kesempatan untuk menghayati ulang kebesaran dan kemuliaan-Nya, serta terkagum-kagum akan karya-Nya yang ajaib. Kalau motivasi kita keliru, atau penghayatan kita dangkal, atau kita ternyata sedang mendua hati dengan hal-hal dunia ini yang lebih menarik daripada dengan Tuhan, kita perlu bertobat! Lantunkan ulang Mazmur 150. Mari hayati kembali penyembahan kepada Tuhan secara segar dan buka hati untuk menerima berkat-Nya. Haleluya!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Hikmat apa yang Sahabat peroleh dari perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6?
Selamat sejenak merenung.Simpan dalam-dalam di hati: Manusia diciptakan Tuhan dengan tujuan memberitakan kemasyhuran-Nya. (pg).