Great Suffer Brings to Repentance

Great Suffer Brings to Repentance

KEPUTUSASAAN ALLAH. Yesaya pernah mengungkapkan keputusasaan Allah dalam mendisiplin umat-Nya, “Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad?… Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, …” (Yesaya 1:5-6). Umat sudah dipukul sampai tidak ada bagian yang belum kena pukul, namun tetap tidak bertobat sampai Tuhan bertanya, “Di mana kamu mau dipukul lagi?” Itulah gambaran umat Tuhan yang berdosa, walau telah dihukum keras, babak belur, tetap tinggal dalam dosa-dosanya.

Keterlaluan, Yesaya menggambarkan pengenalan umat terhadap Tuhan lebih parah daripada binatang. Lembu mengenal pemiliknya, keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi Israel tidak mengenal Tuannya. Tidak mengenal Tuhan berarti tidak taat. Umat yang berdosa sarat dengan kesalahan. Mereka itu keturunan yang jahat, menista Tuhan, dan membelakangi-Nya (Yesaya 1:3-4).

Lebih jauh Yesaya menggambarkan kondisi umat akibat kedegilan hati mereka: Negeri mereka menjadi sunyi, putri Sion menjadi seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan kota yang terkepung. Jika bukan karena belas kasihan Tuhan, mereka sudah menjadi seperti Sodom dan Gomora (Yesaya 1:7-9).

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ratapan dengan topik: “Great Suffer Brings to Repentance (Penderitaan Besar Membawa Pertobatan)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ratapan 4:1-22. Sahabat, hukuman Tuhan yang dijatuhkan paling keras, membuat gambaran megah Yerusalem berubah total. Dulu bagaikan emas, sekarang sekadar tanah (ayat 1-2).

Keadaan sengsara mereka digambarkan dengan kelaparan yang melanda penduduk Yerusalem. Bahkan orang tua berlaku kejam dan sadis terhadap anak-anaknya (ayat 3-4, dan 10), mereka yang biasa makan makanan mewah, kini mengais sampah untuk memuaskan lapar (ayat 5). Para pemimpin yang biasa hidup enak, menjadi kurus kering menanggung derita (ayat 7-8).

Sahabat, hukuman Tuhan itu begitu dahsyat mengerikan (ayat 11-12).Para nabi dan imamlah yang paling bersalah akan keadaan runyam umat-Nya (ayat 13)! Mereka mengumbar darah umat, kini mereka menjadi terbuang, tercemar seperti orang kusta, ditolak di mana pun, termasuk oleh bangsa-bangsa sekeliling (ayat 14-16). Umat mencari pertolongan dari bangsa-bangsa lain, namun sia-sia (ayat 17), sebaliknya para musuh mengejar dan mengepung mereka (ayat 18-19). Berharap kepada pemimpin pun ternyata sia-sia (ayat 20).

Syukur, Ratapan 4  ditutup dengan pengharapan, bahwa walau saat itu musuh berjaya atas mereka, ­ misalnya Edom, itu ­ sifatnya sementara. Para musuh akan dihukum Tuhan!  (ayat 21 dab 22). Itu berarti umat Tuhan ada pengharapan diampuni dan dipulihkan.

Kita memang belum sempurna dan masih jatuh bangun dalam dosa. Namun, janganlah melakukannya secara sengaja dan terus-menerus. Janganlah memakai ketidaksempurnaan kita menjadi alasan untuk melakukan dosa. Jika kita terus berjuang namun tetap jatuh dalam dosa, itu satu hal. Tetapi, hal yang berbeda adalah jika kita tidak mengindahkan perintah Tuhan dan terus-menerus berbuat dosa tanpa peduli betapa kebebalan kita telah mendukakan Tuhan. Hendaklah kita tidak menjadi bebal dan keras kepala  di hadapan Tuhan. 

Sahabat, kalau saat ini mungkin ada diantara kita yang mengalami sengsara karena murka Allah atas dosa-dosa kita. Bersyukurlah! Hal itu menunjukkan Allah masih bermurah hati, memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat! Semoga kesengsaraan yang kita derita membawa kepada pertobatan.  Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 21-22?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sungguh, merupakan kenyataan yang memilukan bila umat Allah sudah tidak lagi bergantung dan berharap hanya kepada Tuhan-nya. (pg).

Renungan Lainnya