Good People’s Snub

Good People’s Snub

PENGHIBUR SIALAN. Kehilangan keluarga, harta benda dan penderitaan fisik, membuat Ayub sangat terpukul dan menderita. Tentu Ayub berharap kehadiran sahabat-sahabatnya dapat memberi penghiburan dan kekuatan kepadanya. Tapi apa yang terjadi, perkataan para sahabatnya justru membuat luka di hatinya semakin menganga sehingga menambah penderitaannya.

Saking kesalnya dengan perkataan mereka, membuat Ayub sangat mangkel dan tidak dapat mengontrol emosinya. Ayub yang saleh, saat itu  melontarkan umpatan kepada para sahabatnya: “PENGHIBUR SIALAN kamu semua! Belum habiskah OMONG KOSONG itu?

Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Ayub dengan topik: “Good People’s Snub (Umpatan Orang Saleh)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Ayub16:1-17:16 dengan penekanan pada Ayub 16:2. Sahabat, penderitaan fisik, kehilangan keluarga, dan penghiburan para sahabat Ayub yang tidak tepat sasaran membuat Ayub semakin lama semakin kesal terhadap mereka. Kekesalan tersebut akhirnya meledak dan Ayub mengumpat para sahabatnya sebagai PENGHIBUR SIALAN (16:2).

Ayub menganggap perkataan mereka yang berniat menghibur itu hanyalah omong kosong (16:3) yang menambah beban penderitaan Ayub (16:7). Yang diperlukan Ayub bukanlah omong kosong, melainkan perkataan yang bernada menghibur dan mendorong dengan dilandasi oleh rasa empati (16:4-5).

Keteladanan Ayub yang amat mengesankan, di tengah penderitaannya, Ayub tetap setia kepada Allah. Di satu sisi, Ayub merasa putus asa karena menganggap penderitaan yang dialaminya berasal dari Allah (17:11). Di sisi lain, dia tetap berharap kepada Allah (16:20-21; 17:3).

Membaca kitab Ayub menjadikan kita tidak hanya sekadar tahu Ayub sebagai orang kaya yang suatu kali karena ketidaksukaan Iblis maka ia mengalami derita dan kehilangan banyak hal, lalu melompat cerita bahwa Ayub dipulihkan. Menyelami kitab Ayub menjadikan kita tahu : Ayub bergumul, bahkan dalam pergumulannya, Ayub marah kepada Tuhan (Ayub 16: 7-17).

Lalu Ayub sadar bahwa hidupnya hanyalah bisa ditujukan kepada Tuhan (16:20-22).  Kesadaran bahwa ia tak bisa lain hanya bergantung kepada Tuhan, dan bertekun di dalam Dia itulah yang menjadikan Ayub bertobat dan kembali kepada Tuhan. Sama dengan Ayub, hidup orang beriman tidaklah selalu mulus. Ada waktunya hidup penuh dengan pergumulan. Mungkin ada diantara kita, ada kalanya tak ada sesuatu di tangan, atau tak ada sesuatu untuk dimakan.

Sahabat, bacaan kita pada hari ini mengingatkan  bahwa bila kita ingin menolong orang lain, niat baik saja tidak cukup. Kesombongan membuat kita sulit mendengar dan memahami orang lain, sehingga kemudian kita akan sulit menolong orang lain. Ingatlah bahwa perkataan yang sembrono, emosional, dan salah sasaran bukan hanya tidak bermanfaat, melainkan juga menambah beban penderitaan orang yang hendak kita tolong.

Bila kita belum yakin bahwa nasihat yang akan kita sampaikan sudah tepat, lebih baik kita menahan diri dan hanya mendampingi orang yang sedang menderita tanpa mengatakan apa-apa. Sebaliknya, bila kita sedang mengalami penderitaan, kita harus tetap berharap kepada Allah. Kita harus selalu tetap yakin bahwa Allah itu adil dan berniat baik walaupun apa yang kita alami belum bisa kita pahami secara jelas. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari Ayub 16:19-21 dan 17:3?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Betapa pun berat masalah yang kita hadapi, di dalam Kristus kita akan selalu menemukan harapan yang
baru. (pg).

Renungan Lainnya