HAKIM. Sahabat, dari Wikipedia saya mendapat informasi bahwa Hakim pada zaman Israel kuno adalah istilah untuk pemimpin bangsa Israel pada periode setelah memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua dan sebelum zaman kerajaan Israel (kira-kira 1405-1025 SM). Sejarah periode ini dicatat dalam Kitab Hakim-hakim.
Seorang hakim adalah “penguasa atau pemimpin militer, sekaligus orang yang memimpin pengadilan hukum”. Pada waktu itu, 12 suku Israel menempati tanah yang menjadi bagian mereka dari pembagian oleh Musa di Kitab Ulangan dan tidak ada pemerintahan pusat, maupun tata hukum masyarakat, selain hukum Taurat.
Ayat terakhir Kitab Hakim-hakim menyimpulkan: “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” (Hakim-hakim 21:25). Di waktu-waktu kesusahan, maka muncullah pemimpin-pemimpin yang disebut “hakim”.
Dalam Kitab Hakim-hakim tampak satu pola berputar yang menunjukkan perlunya seorang “hakim”: Bangsa Israel meninggalkan ibadah pada TUHAN, kesusahan menimpa sebagai hukuman TUHAN, bangsa Israel menjerit kepada TUHAN, TUHAN menolong dengan membangkitkan seorang “hakim” untuk suatu periode tertentu (Hakim-hakim 2:10-23).
Syukur kepada Tuhan, hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “God, the Fairest Judge (Allah, Hakim yang Paling Adil)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 7:1-18. Sahabat, kita mungkin pernah diperlakukan secara tidak adil, dan itu menyakitkan. Besar hasrat hati untuk membalas, tetapi dalam hasrat yang menggebu itu ada bisik hati yang mengingatkan bahwa ditegakkannya keadilan adalah bagian dari kedaulatan Tuhan.
Pemazmur pun mengalami ketidakadilan. Ia menyadari bahwa dalam ketidakberdayaan yang dirasakannya, hanya Tuhan yang menjadi sumber perlindungan (Ayat 2-3). Di dalam Tuhan ada keselamatan sejati.
Menariknya, Pemazmur juga melakukan introspeksi diri (Ayat 4-6). Apabila ia juga melakukan kelaliman dan ketidakadilan, Tuhan juga akan menimpakan hukuman kepadanya. Sering kali kita menganggap bahwa pihak lain berbuat tidak adil, tetapi pada saat yang sama pernahkah kita bertanya apakah kita telah berlaku adil dan penuh kasih kepada sesama? Jangan-jangan kita melakukan hal yang sama.
Sahabat, Tuhan memang penuh kasih, tetapi Ia juga mahaadil. Mazmur 7 menggambarkan Allah sebagai Hakim yang adil. Orang benar akan dibela-Nya, sementara orang lalim akan mendapat ganjarannya (Ayat 10). Gambaran keadilan Allah diungkapkan Pemazmur melalui gambaran tentang Allah yang mengasah pedang dan melenturkan busurnya seperti pejuang yang akan maju ke medan perang (Ayat 13-15). Dunia mungkin diam di hadapan mereka yang lalim, tetapi Allah pasti akan bertindak. Demikianlah keyakinan yang diserukan Pemazmur.
Pada akhir pasal ini, diungkapkan bahwa Tuhan bertakhta dalam keadilan dan keagungan (Ayat 18). Tidak ada yang luput dari pengadilan-Nya, maka sudah menjadi tugas setiap umat untuk berlaku adil terhadap sesama.
Sahabat, ketidakadilan memang akan terus terjadi, tetapi yakinlah bahwa Tuhan tidak pernah tinggal diam atas mereka yang melakukannya. Maka dari itu, penting bagi orang percaya untuk tidak ikut dalam arus dan godaan dunia yang membenarkan, apalagi melazimkan, perilaku tidak adil dan manipulatif terhadap sesama. Jika kita tahu rasanya diperlakukan secara tidak adil, sudah seharusnya kita senantiasa berlaku adil kepada sesama dan memperjuangkan keadilan itu! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 11?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Percayakan diri kita kepada Tuhan karena Dia selalu bertindak adil. (pg).