MEMULIAKAN TUHAN. Salah satu tujuan hidup orang percaya adalah memuliakan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Hidup yang memuliakan Tuhan adalah hidup yang menjadi berkat, kesaksian, dan teladan. Itulah suatu kehidupan yang berkualitas, kehidupan yang di atas rata-rata, bukan hidup yang biasa-biasa saja, bukan hidup yang terbawa oleh arus dunia.
Hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Glorify God in Your Life (Mempermuliakan Tuhan dalam Hidupmu)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 13:1-27 dengan penekanan pada ayat 16-a. Sahabat, salah salah tugas manusia sebagai ciptaan TUHAN adalah memuliakan TUHAN. Hal itu ditegaskan Yeremia dalam ayat 16-a. Jika kita tidak mempermuliakan-Nya, maka TUHAN akan membuat hari menjadi gelap. Artinya, jalan hidup kita akan mengalami kekacauan, tidak terarah bahkan tidak bisa melangkah. Karenanya, mempermuliakan TUHAN merupakan tugas dan kewajiban kita agar perjalanan kita diterangi-Nya.
Sahabat, Allah menegaskan bahwa salah satu dosa utama umat-Nya adalah kecongkakan dan kesombongan (ayat 9, 15, 17). Kecenderungan mencari kehormatan dan kemuliaan diri sendiri membuat mereka meninggalkan Allah, enggan mendengar dan menaati Allah, serta merasa mampu mengatur diri sendiri. Mereka tidak sadar bahwa mereka diciptakan dan dibentuk sebagai umat Allah untuk memuliakan Allah (ayat 16).
Yeremia menjelaskan bahwa kehendak TUHAN yang harus kita lakukan adalah agar kita mempermuliakan TUHAN selama masih ada kesempatan atau waktu. Kapankah waktu yang kita miliki? Kita hidup di masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Masa lalu sudah lewat atau lepas dari tangan kita, kita tidak bisa kembali ke masa lalu meski pun keadaan kita sekarang adalah akibat masa lalu kita. Masa yang akan datang belum menjadi milik kita dan belum tentu bisa kita miliki. Yang kita miliki hanya “sekarang”. Jadi, yang pasti adalah “sekarang” kita bisa mempermuliakan TUHAN atau tidak mempermuliakan TUHAN.
Sahabat, selanjutnya melalui drama yang dilakonkan oleh Yeremia, Allah memperlihatkan bahwa umat-Nya hanya dapat memiliki kehormatan dan kemuliaan selama mereka melekat pada Allah, seperti ikat pinggang imam melekat pada pinggang sang imam.
Akan tetapi, akibat kecongkakan mereka, ikat pinggang itu menjadi lapuk, rusak, dan tak berguna lagi (ayat 1-11). Parahnya, mereka tidak menyadari hal tersebut. Mereka seperti orang mabuk yang saling berbenturan kepala (ayat 12-14). Para pemimpin masih membanggakan kedudukan dan mahkota duniawi mereka (ayat 18), sehingga kehancuran yang sudah mengintip di depan mata pun tidak mereka gubris.
Sahabat, tempat terindah bagi kita adalah melekat pada pinggang Allah, tempat memperoleh kemuliaan dari Allah. Sayang, masih ada cukup banyak orang percaya yang beranggapan bahwa kemuliaan dan kehormatan hanya terdapat dalam kekuasaan, ketenaran, dan kekayaan duniawi. Mereka mabuk oleh gemerlap dunia dan enggan untuk sungguh-sungguh mendengar dan menaati Allah. Drama ikat pinggang tersebut mengingatkan kita bahwa terlepas dari pinggang Tuhan, kita menjadi ikat pinggang yang lapuk dan tak berguna di hadapan-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik.
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bac aan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
- Apa yang Sahabat pahami tentang ayat 11?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: “… TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.” (Masmur 3:4). (pg).