Saudaraku, ada tiga mekanisme yang umum dilakukan manusia untuk menyelamatkan dirinya dari tekanan berat dalam hidupnya, yaitu melarikan diri, menyalahkan pihak lain atau menyeret orang lain bersamanya. Namun Yesus tidak mengambil ketiga mekanisme itu saat Ia berhadapan dengan masalah dan tekanan yang berat. Mari renungkan Yohanes 18:1-11.
Cara bertutur penulis Injil Yohanes memang unik. Dibandingkan dengan ketiga penulis Injil yang lain, Injil Yohanes lebih detail menjelaskan proses penangkapan Yesus yang penuh drama, tanpa ciuman Yudas sebagai petunjuk keberadaan-Nya. Yesus langsung berhadapan dengan aparat bersenjata dan terus terang mengakui diri-Nya. Dalam peristiwa itu makin nampak karakter Kristus yang gagah berani yang diidentifikasi dalam dua sikap-Nya :
Pertama: Mengakui identitas kepada aparat bersenjata yang mencari-Nya.
Yesus tahu apa yang akan Ia hadapi kalau Ia mengakui dirinya sendiri. Ia tak mengelak atau melarikan diri dari konsekuensi itu. Ia menunjukkan kepada para pengiku-tNya tentang keberanian yang sejati, walau beberapa jam setelah itu Petrus tak mampu meneladani-Nya (Yohanes 18:17, 25, dan 27).
Kedua: Meminta agar para pengikutnya tidak dilibatkan dalam ketegangan itu.
Ketegangan-ketegangan yang terjadi sebelumnya dengan para pemimpin agama membuat Yesus menyadari dampak negatif dari pelayanan-Nya dan Dia sadar semua orang di sekitarnya akan terdampak karena-Nya, maka Ia meminta supaya para aparat itu hanya berurusan dengan Dia saja dan membiarkan para murid itu pergi (Yohanes 18:8).
Alih-alih lari dari masalah, menyalahkan orang lain atau bahkan menyeret pengikut-Nya masuk dalam pusaran masalah yang dihadapi-Nya, Yesus malah menunjukkan sisi gagah-Nya dengan keberanian menghadapi dan melindungi mereka. Sikap ini kontras dengan Adam dan Hawa yang saling seret saat diminta pertanggung jawaban perbuatannya mengambil buah pengetahuan baik dan jahat (Kejadian 3:11-13), sikap umum manusia yang terdesak.
Yesus meneladankan kepada para pengikut-Nya untuk menjadi pribadi yang tak pengecut karena Ia tahu panggilan hidup-Nya dan siapa yang mengutus-Nya. Bila manusia menyadari panggilan hidup-Nya dan memercayai Dia yang mengutus mereka, maka manusia akan berani membayar harga dari iman percaya-Nya.
Saudaraku, mari belajar untuk MEMILIKI KEGAGAHAN Sang Kristus yang berani menghadapi masalah tanpa menyalahkan situasi atau sesama apalagi menyeret orang lain dalam pusaran masalah. Tuhan pasti menolong umat-Nya. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)