Ada ungkapan jadoel yang berbunyi: “Fiitnah lebih kejam daripada pembunuhan”. Mengapa demikian? Memfitnah memang tidak membunuh secara fisik, tapi ketika seseorang memfitnah sesamanya berarti ia membunuh karakter orang tersebut, menghancurkan karirnya, masa depannya, reputasinya, merampas kebahagiaan dan ketenangan hidupnya. Itulah sebabnya fitnah adalah sebuah tindakan yang kejam dan sangat tidak manusiawi!
Untuk lebih memahami topik tentang: “FITNAH lebih KEJAM daripada PEMBUNUHAN”, Bacaan Sabda pada hari ini saya ambil dari Mazmur 109:1-31 dengan penekanan pada ayat 2 dan 3. Sahabat, manusia memiliki kecenderungan untuk membela diri dan membalas. Jika seseorang berbuat baik terhadap diri kita, maka kita akan membalas dengan perbuatan baik. Jika seseorang berbuat jahat terhadap diri kita, maka kita akan membalas dengan perbuatan jahat. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan Raja Daud. Dalam bacaan kita pada hari ini, sekalipun ia mendapat perlakuan jahat, bahkan dari orang-orang yang ia kasihi (ayat 2-5), ia tidak serta merta membalas kejahatan mereka.
Wajar saja kalau kita tidak suka difitnah, bahkan Allah pun membenci fitnah. Karena itu, Allah memerintahkan bangsa Israel tidak mengucapkan saksi dusta terhadap sesama (Keluaran 20:16). Secara praktis hukum kesembilan dari Dasa Titah mengajak kita menjauhi gosip dan fitnah (Keluaran 20:16). Andaikata difitnah orang, apa yang akan kita lakukan? Secara spontan kita pasti menyangkal atau mengonfirmasi kabar yang tersiar. Terkadang sakit hati mendorong kita menyumpahi para pemfitnah agar mereka celaka, pendek umur, menjadi miskin, tak diampuni dosanya, dan dikutuk hidupnya (ayat 6-20).
Padahal kita tahu betul bahwa Allah menghendaki kita bersabar menghadapi para pemfitnah. Sepatutnya kita meneladani Raja Daud yang memasrahkan nasibnya kepada Tuhan (ayat 21). Meskipun Daud berhak melakukan pembalasan, namun ia menyerahkan hak tersebut ke dalam tangan Tuhan. Ia percaya bahwa Allah akan bertindak memberikan pembelaan.
Sahabat, karena itu janganlah kita merasa terganggu dengan fitnah maupun gosip. Lawanlah hal itu dengan pikiran dan perbuatan positif. Tindakan meluruskan fitnah hanya membuang waktu dan menguras tenaga kita. Apa pun alasannya mereka tidak akan percaya karena hatinya sudah dibutakan sehingga tidak bisa melihat kebenaran.
Apakah kita masih berlelah-lelah membela diri atau malahan menyumpahi para pemfitnah? Marilah kita mengoreksi diri karena tindakan itu tidak diperkenan oleh Allah. Allah menghendaki kita mengampuni dan menyerahkan masalah itu dalam tangan-Nya. Jadikan fitnahan sebagai sarana untuk mengasah kita memiliki karakter seperti Kristus. Dengan demikian, hidup kita memuliakan Tuhan dan menjadi daya tarik bagi orang lain untuk mengenal Injil Kristus.
Sahabat, berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Situasai seperti apa yang digambarkan oleh Raja Daud dalam ayat 6-20?
- Apa yang diharapkan oleh Raja Daud yang dituangkan dalam ayat 21-31?
Selamat sejenak merenung. Tuhan Yesus menolong dan memberkati. (pg)