MAZMUR 3. Sahabat, Mazmur 3 merupakan sebuah mazmur yang berisi curahan hati raja Daud ketika ia lari dari kejaran Absalom, anaknya sendiri. Absalom mengadakan persekongkolan melawannya, berusaha untuk merenggut bukan hanya takhtanya tetapi juga hidupnya. Kisahnya dapat kita baca dalam 2 Samuel 15:1-37.
Saat itu Raja Daud sungguh menghadapi dilematik, dalam keadaan yang sangat sedih dan dalam bahaya besar. Persekongkolan melawannya sudah matang. Pihak yang berusaha menghancurkannya sangatlah menakutkan, dan masalah ini sungguh tak terperikan, karena anak kandungnya sendiri yang menjadi dalang pemberontakan. Absalom pun berhasil merebut hati rakyat. Akibatnya, raja Daud terpaksa melarikan diri dari istananya.
Mengapa Daud harus melarikan diri? Bisa jadi salah satu alasannya adalah agar tidak terjadi perang saudara yang pasti akan membawa penderitaan bagi kedua belah pihak. Dalam pelariannya dicatat: “Daud mendaki bukit Zaitun sambil menangis, kepalanya berselubung dan ia berjalan dengan tidak berkasut. … ” (2 Samuel 15:30). Walau dalam keadaan demikian, raja Daud masih dapat menulis sebuah mazmur yang menghibur dan menguatkan setiap orang yang menyanyikan atau membaca mazmurnya. Ia tetap teguh dan tidak bimbang hati kepada Allah.
Syukur hari ini kita akan melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “Firm Faith in the Midst of Problem.(Iman yang Teguh di Tengah Masalah)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 3:1-9. Sahabaat, kadang kala hidup menjadi amat rumit dan serba sulit.. Tantangan, kesulitan, dan masalah tak berpamitan datang menerpa kehidupan kita. Belum selesai yang satu, sudah datang yang lain. Kita dapat saja menyerah, namun kita memilih untuk bertahan. Alasannya tidak lain karena kita meyakini Tuhanlah sumber pertolongan kita, asalkan kita berlari kepada-Nya.
Hati Daud pedih mengetahui kenyataan bahwa Absalom, anaknya, sedang berusaha membunuhnya untuk mengambil alih takhta. Pula ia gentar melihat betapa banyak lawan yang bangkit menyerang (Ayat 2). Sungguh, situasi ini dapat membuat Daud kewalahan! Hal ini dapat menjadi titik akhir ia menyerah. Namun ada alasan mengapa Daud tetap bertahan, mengapa ia mampu mengatasi setiap halangan untuk keluar menjadi pemenang?
Berkatalah Daud: “Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku” (Ayat 4a). Daud meyakini Tuhan adalah tempat perlindungannya. Tangan perlindungan Tuhan ibarat perisai yang menghadang setiap senjata yang dilontarkan musuh. Saat Daud ada dalam kesesakan, ia tinggal berseru kepada Tuhan (Ayat 5). Tidak heran sekalipun situasi masih mencekam, Daud dapat membaringkan diri, lalu tidur dengan tenang (Ayat 6).
Sahabat, Tuhan memegang kendali atas kehidupan kita. Dia sanggup melepaskan kita dari mara bahaya, pula menunjukkan jalan keluar bagi setiap masalah. Kesulitan mungkin mengancam, namun bersama Tuhan kita selalu aman. Ya, inilah alasan kita bertahan, sekalipun mungkin hari ini persoalan mengimpit di kiri dan kanan. Yakinlah Tuhan memberi pertolongan tepat pada waktunya! Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 6?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Tidak peduli bagaimana situasi di depan, kita dapat terus bertahan sebab tangan Tuhan terus menopang. (pg).