MAZMUR 37. Sahabat Mazmur 37 dapat digolongkan sebagai Mazmur Hikmat yang bersifat didaktis, bukan sebagai doa. Pemazmur memulai Mazmur 37 dengan satu pernyataan yang menusuk persoalan tentang bagaimana respons kita kepada ketidakadilan dalam hidup ini: “Jangan marah karena orang yang berbuat jahat, jangan iri hati kepada orang yang berbuat curang” (Ayat 1).
Ya, memang banyak orang yang jujur dan hidup tulus merasakan kecemburuan yang besar, ketika melihat betapa nyaman dan makmurnya hidup orang-orang yang melakukan kejahatan. Sedangkan ia sendiri harus berjuang dan mengalami kesusahan, meski hidup tulus dan jujur.
Bukan tanpa alasan Pemazmur memulai mazmurnya dengan pernyataan tersebut. Melalui Mazmur 37 Pemazmur menegaskan betapa rentan dan terbatasnya hidup orang yang berbuat jahat (Ayat 2, 9, 10, 13, 20, 22, 35-36, 38). Itu berarti, meski kelihatan hidup orang jahat dipenuhi dengan kelimpahan, namun sesungguhnya hidup mereka seperti telur di ujung tanduk. Begitu rentan dan begitu mudah jatuh.
Beda halnya dengan orang-orang yang hidupnya takut akan Allah. Pemazmur menggambarkan hidup mereka itu kokoh karena ditopang Allah (Ayat 17, 19, 23-24, 30-31, 33, 39-40), penuh kelimpahan dari Allah (Ayat 9, 11, 22, 25-26, 29, 34 ), dan dipelihara selamanya oleh Allah (Ayat 18, 28, 37).
Pemazmur mengingatkan kita bahwa di tengah kesusahan dan ketidakadilan yang kita hadapi dalam hidup ini, Allah tidak pernah tinggal diam dan mengabaikan kesusahan
umat-Nya. Ia peduli dan memerhatikan, meski tidak selalu kita melihat jalan dan karya-Nya atas hidup kita. Tetapi itu tidak mengubah fakta bahwa Allah sedang bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita.
Syukur kepada Tuhan kalau pada hari ini kita dapat melanjutkan belajar dari kitab Mazmur dengan topik: “Evil Temptation (Godaan Untuk Berbuat Jahat)”. Bacaan Sabda diambil dari Mazmur 37:1-11 dan 39-40. Sahabat dalam suatu pertandingan, kadang kita mendengar keluhan: “Kalau main curang begitu, ya, pasti menang. Percuma saja saya susah payah bermain dengan jujur jika yang menang adalah orang yang berbuat curang, tetapi tidak ketahuan juri,”
Memang menyesakkan hati ketika kita harus mengalami kekalahan akibat orang lain bermain curang dan tidak ketahuan oleh juri. Mungkin bukan hanya merasa sesak, tetapi kita tergoda juga untuk menempuh jalan yang curang; tergoda untuk berbuat jahat.
Pemazmur memberikan nasihat yang konkret dan aplikatif agar kita tak marah dan iri kepada orang-orang yang berbuat jahat dan curang. Sebuah petunjuk bahwa fenomena seperti ini sudah berlangsung lama; sejak ribuan tahun yang lalu.
Mengapa tidak boleh iri hati atau marah kepada orang-orang yang berbuat curang? Pemazmur menggambarkan bahwa orang yang berbuat jahat atau curang itu seperti rumput dan tumbuhan hijau yang akan segera lisut dan layu. Artinya, orang-orang yang berbuat jahat atau curang tidak akan lama menikmati kemenangannya. Mengapa demikian? Tuhan yang melihat segala sesuatu akan memberikan ganjaran kepada tiap orang menurut perbuatannya.
Jangan pernah kita lupakan bahwa Tuhan memerhatikan segala sesuatu. Apa yang kita peroleh dengan cara yang jahat tidak akan bertahan lama. Teruslah hidup dalam kebenaran dan kebajikan agar sukacita dan damai sejahtera senantiasa hadir dalam kehidupan kita. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apa yang Sahabat pahami dari ayat 3-4?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dlam di hati: Teruslah hidup dalam kebenaran dan kebajikan agar sukacita dan damai sejahtera senantiasa hadir dalam kehidupan kita. (pg).