Saudaraku, ada ungkapan yang mengatakan : “Janji adalah hutang”. Ungkapan itu memiliki arti bahwa siapapun yang mengucapkan janji, ia akan terikat hingga menggenapi apa yang diucapkan. Janji memiliki legitimasi yang kuat, tergantung siapa yang mengucapkan. Makin ia memiliki kekuasaan, janji itu makin memiliki kekuatan yang mengikat. Mari renungkan Matius 14:1-12.
Raja Herodes terjebak dengan janjinya sendiri yang diucapkan saat di puncak kesenangannya melihat tarian anak Herodias, idaman hatinya. Walau sebenarnya ia sangat sedih karena harus membunuh Yohanes Pembaptis yang membuatnya galau. Ia membenci Yohanes namun ragu untuk menghilangkan nyawanya. Namun hari itu gara-gara euphoria melihat pertunjukan tarian, Herodes kehilangan kewaspadaan dan mengucapkan janji yang disesalinya.
Ternyata saat paling rawan dalam kehidupan seseorang bukanlah saat ia sangat bersedih, namun juga saat merasakan kesenangan yang berlebihan. Inilah yang disebut euphoria. Pengaruh perasaan ini adalah semangat yang berlebihan terhadap suatu peristiwa sehingga membuat lengah orang yang bersangkutan karena kepercayaan diri yang terlalu kuat. Hal ini mengakibatkan mereka mengambil keputusan yang salah karena menurunnya kewaspadaan akibat kepercayaan diri yang berlebihan.
Mereka tidak memikirkan lagi akibat jangka panjang dari tindakannya sehingga seringkali merugikan orang lain atau melukai diri sendiri. Dalam kasus Herodes, ia membunuh Yohanes Pembaptis sang rival yang diseganinya untuk menyelamatkan reputasinya walau sebenarnya ia terguncang dan sedih karena janjinya sendiri.
Ada beberapa hal yang menarik dalam kisah ini :
- Berhati-hatilah saat berada dalam euphoria terhadap sesuatu.
Euphoria membuat seseorang dalam kondisi rawan dan tidak seimbang sehingga kadang membuat keputusan atau janji yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. Dalam kondisi yang lemah ini kadang dimanfaatkan oleh orang tertentu untuk mengambil keuntungan dari orang tersebut.
- Pemenuhan janji kadang bagaikan pedang bermata dua yang juga melukai diri sendiri.
Janji yang diucapkan seringkali membawa konsekuensi yang melemahkan diri sendiri. Oleh karena itu kondisi seseorang saat mengucapkan janji harus benar-benar diperhitungkan karena janji itu memiliki konsekuensi yang berat untuk si pembuatnya sebagaimana Pengkhotbah 5 : 5 mengatakan: “Lebih baik tidak membuat janji daripada berjanji namun tidak menepatinya.” (BIS).
Saudaraku, mari selalu waspada dan tetaplah menjaga kestabilan hati sehingga kita tidak melakukan tindakan bodoh yang nantinya akan kita sesali sendiri. Tetaplah memiliki kendali dan tidak euphoria dengan situasi yang menyenangkan hati agar tidak menyesal dengan apa yang terjadi. Selamat bertumbuh dewasa. (Ag)