EDOM. Dari Wikipedia saya mendapat informasi bahwa Edom merupakan nama tempat yang sebelumnya dikenal dengan nama Seir. Tanah dan penghuni dari Edom ini ditemukan di dataran bagian selatan dan tenggara dari Laut Mati. Edom juga bertetangga dengan Israel di timur dan selatan.
Di dalam Alkitab nama Edom memiliki tiga makna. Makna yang pertama (Kejadian 25:30; 36:1, 8, dan 19) yaitu nama lain dari Esau sebagai peringatan bahwa ia menukar hak kesulungannya dengan satu mangkok sup kacang merah.
Makna yang kedua (kitab Bilangan 20:18, 20, 21; kitab Amos 1:6, 11; 9:12; kitab Maleakhi 1:4) yaitu Edom sebagai suatu kelompok bangsa.
Makna yang ketiga (kitab Kejadian 32:3; 36:20, 21, 30; kitab 24:18) yaitu tanah yang diduduki oleh keturunan Esau, yang sebelumnya dikenal dengan nama Seir.
Kata Edom sendiri berarti merah. Kata ini menunjuk pada sup yang diberikan sebagai ganti hak kesulungannya. Selain itu, kata ini juga berkaitan dengan kelahiran Esau, warnanya merah, yang terdapat dalam kitab Kejadian 25:25. Selain itu, kata merah ini juga muncul karena warna kemerah-merahan yang ada pada tanah Edom yang di dalam Akitab disebutkan terdiri dari batu yang berwarna merah. Dalam zaman Romawi atau Perjanjian Baru wilayah Edom dikenal dengan nama Idumea.
Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yehezkiel dengan topik: “EDOM: Rejoicing over panSuffering (EDOM: Bersukacita di atas Penderitaan)”. Bacaan Sabda diambil dari Yehezkiel 35:1-35 dengan penekanan pada ayat 5. Sahabat, dalam praktik hidup sehari-hari kita sering mendengar ungkapan yang berbunyi: “Menari di atas penderitaan orang lain”, yang artinya seseorang yang tampak senang atau bersukacita ketika melihat orang lain hidup menderita, tertawa lebar karena kemalangan yang dialami orang lain.
Sesungguhnya Tuhan tidak menghendaki kita bersukacita karena kesusahan, penderitaan atau kemalangan yang dialami oleh orang lain, termasuk yang dialami oleh musuh sekalipun. Coba kita simak nasihat rasul Paulus berikut ini: “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!” (Roma 12:15). Inilah yang disebut dengan tepa selira (bahasa Jawa) yang artinya berbela rasa. Ketika melihat orang lain sedang tertimpa kesusahan atau kemalangan, Tuhan menghendaki kita berbuat sesuatu untuk menolong, bukan malah bertepuk sorak, sambal berkata: “Rasain Lu …!”
Sahabat, Edom memusuhi bangsa Israel, yang merupakan umat pilihan Tuhan, dan menutup mata ketika melihat penderitaan umat Israel yang diakibatkan serangan musuh, bahkan mereka tampak bersukacita melihat umat Israel begitu menderita.
Kata Edom sendiri memiliki arti merah. Akhirnya warna merah itupun menjadi sebuah kenyataan, karena tempat itu dipenuhi oleh warna merah oleh tumpahan darah para penduduknya yang mendapatkan penghukuman atau pembalasan dari Tuhan (Ayat 6-7).
Sahabat, permusuhan Edom dan Israel berlangsung terus-menerus. Bahkan Edom bergembira saat saudaranya, Israel, tertimpa malapetaka (Ayat 5, 15). Edom berpikir bahwa tanah Israel dan Yehuda akhirnya akan menjadi miliknya (Ayat 10, 12). Karena alasan itu, Tuhan akan menghukum bangsa itu. Seperti Edom memperlakukan Israel dalam murka dan cemburunya, Tuhan akan memperlakukan Edom pun demikian (Ayat 11). Sebagaimana Edom bersuka ria karena Israel telah menjadi sunyi sepi, Tuhan juga akan membuat Edom menjadi sunyi sepi (Ayat 7, 9, 15).
Hal tersebut menunjukkan Tuhan peduli terhadap umat-Nya. Bahkan Tuhan menganggap apa yang dilakukan para musuh kepada umat-Nya sama artinya mereka melakukannya kepada diri-Nya (bdk. Kisah Para Rasul 9:5, Yesus menyebut pengikut-Nya sebagai diri-Nya saat mereka dianiaya Saulus).
Maka bersukacitalah karena kita memiliki Allah yang menganggap musuh umat-Nya sebagai musuh pribadi-Nya. Jangan takut jika menghadapi tantangan dan penganiayaan dari orang-orang yang memusuhi umat Tuhan. Ia akan menghukum mereka dengan keras. Haleluya! Tuhan itu baik. Bersyukurlah!
Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:
- Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu?
- Apakah yang Tuhan kehendaki untuk Sahabat lakukan berdasarkan hasil perenunganmu?
Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Kita membutuhkan hikmat Tuhan untuk dapat merespons dengan benar atas setiap kesulitan dan penderitaan orang-orang yang ada di sekitar kita. (pg).