Don’t Raise the Wrath of God

Don’t Raise the Wrath of God

MURKA ALLAH. Selain berlimpah kasih setia, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang adil.  Itulah sisi lain yang kadang  diabaikan dan disepelekan oleh kebanyakan orang percaya.  Dalam kasih setia-Nya Tuhan menganugerahkan keselamatan dan pengampunan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya.  Tetapi dalam keadilan-Nya Tuhan perlu sekali mendidik umat-Nya, dan salah satu bentuk didikan Tuhan adalah hajaran (Ibrani 12:10).  Sesungguhnya Tuhan menghajar kita bukan untuk membinasakan, tetapi bertujuan untuk mengembalikan kita pada rancangan-Nya yang semula.

Sahabat, kata MURKA berarti marah besar, kemarahan yang meluap-luap. 
Berulang kali murka Allah dikisahkan di dalam Alkitab: Sodom dan Gomora yang dilumat oleh api belerang dari langit; air bah yang menenggelamkan daratan pada masa Nabi Nuh; dibuangnya bangsa Israel ke Babel, merupakan kisah-kisah yang menunjukkan murka Allah. Kisah yang bukan isapan jempol tapi sungguh nyata. Karena itu jangan sekali-kali kita membangkitkan murka Allah!

Hari ini kita melanjutkan belajar dari kitab Yeremia dengan topik: “Don’t  Raise the Wrath of God” (Jangan Menimbulkan Murka Allah)”. Bacaan Sabda saya ambil dari Yeremia 14:1-22. Sahabat, saya yakin kita semua pernah MARAH, namun kemarahan manusia tidak bisa dibandingkan dengan kemarahan Allah. KEMARAHAN ALLAH ITU MENGERIKAN.. Ketika Allah marah, bukan hanya manusia yang ketakutan, bahkan alam semesta pun takut. Kemarahan Allah bisa berdampak pada seluruh alam semesta dan segala isinya.

Dalam bacaan kita pada hari ini, kita melihat penderitaan yang sedang menanti bangsa Israel. Allah, melalui Yeremia, menyingkapkan secara terperinci adanya masa kekeringan yang panjang, yang akan melanda seluruh Israel. Tidak ada hujan, sumur kering, tanah menjadi retak dan tandus, binatang sekarat dan mati, serta petani gagal panen (ayat 3-6). Yang terdengar hanyalah tangisan perkabungan dan teriakan minta tolong (ayat 2). Meski demikian Allah diam. Allah menulikan telinga-Nya (ayat 12). Namun bukan hanya kekeringan saja, Allah mendatangkan juga perang, kelaparan, dan penyakit sampar (ayat 12).

Selain itu, Allah menyingkapkan kepada Yeremia nasib naas yang akan dialami nabi-nabi palsu dan segenap keluarganya. Nabi-nabi palsu, istri, dan anak-anaknya akan mati karena perang dan kelaparan. Mayat mereka tercampak di sepanjang jalan Yerusalem (ayat 15-16). Semuanya ini disebabkan oleh kekerasan hati bangsa Israel. Ini membuktikan Allah tidak kompromi terhadap dosa.

Walaupun  Yeremia membenci perbuatan bangsa Israel, tetapi ia memiliki hati yang lembut. Ia datang di hadapan Allah meminta pengampunan atas dosa bangsanya (ayat 17-18). Ia memohon kepada Allah agar tidak memalingkan wajah-Nya dari Israel. Ia memohon kepada Allah agar membatalkan niat-Nya menghancurkan Israel. Ia berusaha mengingatkan Allah akan perjanjian-Nya dengan nenek moyang Israel (ayat 19-21). Namun Allah menolak. Allah menyuruh Yeremia berhenti berdoa buat bangsa Israel (ayat 11).

Sahabat, pengalaman bangsa Israel tidak jauh berbeda dari kita sekarang. Berbagai peristiwa alam dan penyakit yang melanda seharusnya membuat kita berubah dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Kita tidak tahu, apa yang Allah akan lakukan atas dunia dan manusia akibat dosa. Mari kita hidup dengan melakukan kehendak-Nya dan berdoa agar semua orang bertobat dan kembali kepada-Nya, dan berbakti hanya kepada-Nya. Haleluya! Tuhan itu baik.

Berdasarkan hasil perenunganmu dari bacaan kita pada hari ini, jawablah beberapa pertanyaan berikut ini:

  1. Pesan apa yang Sahabat peroleh dari hasil perenunganmu pada hari ini?
  2. Apa yang Sahabat pahami dari ayat 9?

Selamat sejenak merenung. Simpan dalam-dalam di hati: Sekali kita membuat komitmen untuk mengikut Kristus, maka kita harus memegang komitmen tersebut sampai akhir hidup kita! (pg).

Renungan Lainnya